Tinggalkan Gedung Putih, Era Trump di Washington Telah Berakhir

| 20 Jan 2021 21:31
Tinggalkan Gedung Putih, Era Trump di Washington Telah Berakhir
Donald Trump melambaikan tangan sebelum menaiki helikopter Marine One pada Rabu, (20/1/2021). (Foto: NBC15)

ERA.id - Donald Trump telah keluar dari Gedung Putih untuk yang terakhir kalinya sebagai presiden pada Rabu, (20/1/2021) pukul 8.15 pagi waktu AS, demikian dilaporkan The Guardian.

Trump diterbangkan menggunakan helikopter Marine One menuju pangkalan udara Joint Base Andrews di Maryland, di mana ia akan menyelenggarakan upacara pelepasan.

Trump sempat berbicara dengan para reporter bahwa ia memiliki sejumlah keberhasilan saat menjabat sebagai presiden, juga bahwa ia dan istrinya, Melania, mencintai seluruh warga Amerika Serikat.

Trump
Donald Trump dan istrinya, Melania, berbicara sebentar di depan para reporter di Gedung Putih, Rabu, (20/1/2021). (Foto: Bloomberg)

Sementara Trump menuju pangkalan udara, dua petinggi partai Republik, Mitch McConnell dan Kevin McCarthy, pergi ke gereja di mana Joe Biden, Kamala Harris dan keluarga mereka telah berada.

Normalnya, seorang presiden AS akan mengendarai mobil kepresidenan bersama suksesornya menuju ke gedung US Capitol untuk menghadiri upacara inagurasi. Namun, Trump menjadi presiden AS satu-satunya selama 150 tahun terakhir yang menolak hal tersebut, menggarisbawahi kecilnya komitmen Trump dalam melakukan proses transisi yang damai antara dirinya dan Biden.

Trump tidak akan menghadiri upacara pelantikan presiden-terpilih Joe Biden.

Kira-kira pukul 8.30 pagi waktu setempat, helikopter Marine One telah tiba di pangkalan udara. Di antara para audiens terdapat anggota keluarga Trump, seperti putrinya Ivanka Trump dan suaminya, Jared Kushner. Anak-anak Trump, Donald Jr dan Eric, juga tampak menunggu di tengah cuaca dingin pagi itu, demikian dilaporkan The Guardian.

Keluarga Trump
Anggota keluarga Donald Trump tampak menunggu sang Presiden di pangkalan udara Joint Base Andrews, Rabu, (20/1/2021). (Foto: Bloomberg)

Upacara pelepasan Trump dimulai dengan kelompok band militer memainkan lagu "Hail to the chief", diikuti dengan 21 kali tembakan salvo meriam, seperti yang diinginkan oleh Trump.

Dalam pidatonya, Trump membanggakan pembentukan Angkatan Luar Angkasa dalam militer AS, pemotongan pajak, hingga klaimnya bahwa ekonomi AS berkembang sangat pesat.  Ia juga mengatakan bahwa ditemukannya vaksin COVID-19 dalam waktu 9 bulan adalah "keajaiban dunia kedokteran", meski AS sendiri bukan satu-satunya negara yang melakukan riset tersebut.

Di akhir pidatonya, Trump berkata, "Kalian adalah orang-orang yang mengagumkan dan ini (AS) adalah negara yang hebat. Sebuah kehormatan bisa menjadi presiden kalian." Setelah itu audiens menjawabnya dengan "Terima kasih, Trump," demikian dilaporkan The Guardian.

Setelah upacara pelepasan, ia menaiki pesawat Air Force One, untuk terakhir kalinya, menuju kediaman pribadinya, resor Mar-a-Lago di Florida.

Kolumnis CNN, Kevin Liptak, menyebut Trump mengakhiri masa kepresidenannya sebagai "orang buangan".

"Sang Presiden, membusuk dan ditinggalkan, bakal pergi dari ibu kota beberapa jam lebih awal agar ia tidak malu melihat lawannya dilantik sebagai presiden," kata Liptak, yang menambahkan bahwa Trump meninggalkan Washington dalam kondisi ribuan pasukan militer melakukan penjagaan ketat dan 400.000 warga AS wafat akibat terinfeksi COVID-19.

"Satu hal yang berhasil dilakukan oleh Trump adalah menguak arus pandangan rasis, penuh kebencian dan kekerasan yang ada di masyarakat Amerika, yang semula hendak diabaikan namun kini terlihat di depan mata setelah terjadinya pemberontakan oleh kaum nasionalis kulit putih dan neo-Nazi di gedung Capitol."

Pemberontakan di gedung US Capitol pada Rabu, 6 Januari, menimbulkan syok di kalangan politisi dan masyarakat AS serta dunia. Dalam aksi tersebut terlihat bagaimana kaum ekstrim-kanan dengan enteng melangkahi norma demokrasi dan institusi pemerintahan yang telah dibangun di AS selama ini.

Dalam hal ini, kata Liptak, Trump meninggalkan warisannya.

"(Aksi kekerasan) akan menjadi warisan sang Presiden yang pengabaiannya pada kenyataan telah mengantar bangsa ini ke tubir jurang."

Rekomendasi