ERA.id - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Minggu, (6/6/2021), mengatakan bahwa koalisi bentukan oposisi yang berpotensi melengserkannya adalah hasil 'kecurangan pemilu paling buruk' dalam sejarah demokrasi.
DIlansir dari CNA, Netanyahu memfokuskan tuduhannya pada janji kampanye lawan politik yang bakal menggantikannya sebagai perdana menteri, yaitu Naftali Bennett.
"Kita sedang menyaksikan kecurangan pemilu terbesar dalam sejarah negara ini, yang dalam pandangan saya (terburuk) dalam sejarah demokrasi," sebut Netanyahu kepada politisi partai sayap-kanan Likud, dikutip dari CNA, (7/7/2021).
"Itulah kenapa rakyat merasa ditipu, dan mereka sedang merespons, mereka tidak ingin dibungkam," ucapnya. Pernyataan itu disiarkan secara langsung via televisi dan mengacu pada janji politik Bennett.
Politisi beraliran nasionalistik Naftali Bennett dalam kampanyenya berjanji tidak akan berkoalisi dengan kelompok sayap kiri, tengah, dan partai-partai Arab. Namun, Rabu lalu, ia mengumumkan, bersama pemimpin oposisi Yair Lapid, bahwa mereka telah sepakat membentuk koalisi.
Dalam kesepakatan antara Bennett dan Lapid, Bennett berhak menjadi perdana menteri selama dua tahun, lalu akan dirotasi dengan Lapid.
Belum diketahui kapan parlemen Israel akan menyetujui pembentukan koalisi baru ini. Namun, dilansir dari CNA, koalisi kemungkinan besar akan diresmikan pada 14 Juni.
Pembentukan koalisi telah mengundang gelombang demonstrasi di Israel. Sementara itu, kepala badan keamanan internal Shin Bet pada Sabtu mewanti-wanti bahwa percakpaan di dunia maya berpotensi menimbulkan kekerasan nyata di masyarakat. Kritik terutama diarahkan pada Netanyahu yang berulangkali menyebut koalisi Lapid-Bennett sebagai aliansi sayapp-kiri yang berbahaya bagi Israel.
Netanyahu sendiri mengritik Facebook dan Twitter karena mencegah kritik sayap-kanan terhadap koalisi Lapid-Bennett. Facebook dikritik karena menghapus alamat rumah politisi tempat massa hendak melakukan demonstrasi.