Rezim Komunis Kuba Didemo Warganya dengan Lagu Rap 'Patria y Vida'

| 13 Jul 2021 17:32
Rezim Komunis Kuba Didemo Warganya dengan Lagu Rap 'Patria y Vida'
Bendera Kuba yang dibawa demonstran anti-pemerintah dalam gelombang protes pada Minggu, (11/7/2021). (Foto: Twitter)

ERA.id - Ribuan orang turun ke jalanan kota di Kuba pada Minggu, (11/7/2021). Berbondong-bondong, mereka tak mengacuhkan risiko bakal dipenjara aparat keamanan karena melakukan unjuk rasa memprotes pemerintahan komunis setempat.

Melansir BBC Mundo, seorang warga yang berunjuk rasa menyatakan kondisi rakyat Kuba kini dirundung nestapa. "Tidak ada makanan, obat-obatan. Tidak ada kebebasan. Mereka tidak ingin kami hidup," sebut seorang warga bernama Alejandro.

Peristiwa langka ini - di tengah represi pemerintah Kuba yang tidak menyukai suara oposisi - pecah karena warga setempat marah oleh kolapsnya ekonomi serta kelangkaan makanan dan obat-obatan. Sementara itu, harga-harga komoditas terus naik, dan pemerintah Kuba terus dikritik terkait cara mereka menghadapi pandemi Covid-19.

Dalam aksi unjuk rasa itu polisi-polisi berseragam preman menangkapi pengunjuk rasa, sebut Reuters.

Associated Press melaporkan bahwa pada hari Minggu koneksi internet sempat dimatikan di seluruh negeri.

Namun, unjuk rasa tetap berjalan "menuntut perubahan dan berakhirnya kediktatoran", sebut seorang warga yang dikutip BBC.

Memilih Hidup, Bukan Mati

Di tengah aksi unjuk rasa, para demonstran tak hanya berteriak 'Kebebasan!' atau 'Akhiri Komunisme!', namun beberapa orang menyanyikan sebuah lagu berjudul Patria y Vida (Portu: Tanah Air dan hidup). Potongan lirik lagu tersebut tertulis demikian:

"Jangan berbohong lagi. Kami ingin kebebasan, bukan doktrin."

"Jangan lagi berteriak 'Tanah Air atau mati!' tapi 'Tanah Air dan hidup'."

Ungkapan 'Tanah Air dan hidup' bukan sesuatu yang asing di telinga warga Kuba. Ungkapan ini modifikasi dari slogan patriotik dari Fidel Castro, yang menyebutkannya pertama kali pada 23 Desember 1999 - 'Patria o Muerte' alias Tanah Air atau mati.

"Tanah Air atau mati! Kita akan bangkit!" sebut Castro saat itu.

Lagu rap bergaya reggaeton 'Patria y Vida' dibuat oleh grup kolektif musisi oposisi di Kuba dan sejumlah musisi Kuba yang tinggal di luar negeri. Salah satu dari musisi tersebut adalah Alexander Delgado dari kelompok 'Gente de Zona', yang saat ini tinggal dengan kebebasan yang relatif lebih baik karena berada di Amerika Serikat.

"Di Amerika Serikat, saya bisa mengritik Trump atau Biden seturut cara pandang saya," kata Delgado, melansir BBC.

"Di Kuba, saya tak bisa mengritik Raul Castro, Fidel Castro, atau Presiden Miguel Diz-Canel karena di sana tidak ada kebebasan berpendapat."

"Saya yakin, Anda harus bersikap. Dan itulah yang kami lakukan."

Kurang 'Klik' dengan Generasi Muda

Meredam popularitas lagu 'Patria y Vida', pemerintah Kuba membuat kampanye musik tandingan. Dalam video musik tersebut, beberapa musisi bernyanyi di dilatari bendera Kuba dan mengucapkan lirik, "Tanah Air atau mati, kita akan tetap hidup. Tanah Air atau mati, kita akan terus berjuang."

Sayangnya, kampanye tandingan dari pemerintah Kuba dibayangi oleh video unggahan dari cucu Fidel Castro tengah menaiki mobil sport mewah, sementara kondisi ekonomi Kuba merosot tajam.

Unjuk rasa
Unjuk rasa anti-pemerintahan komunis di Kuba, 11 Juli 2021. (Foto: Samuel Williams/Twitter)

Sejumlah pengritik pemerintah Kuba memandang lagu Patria y Vida, dan cara rezim komunis di ibu kota Havana menanggapinya, mengindikasikan bagaimana pemerintah tidak mampu memahami generasi muda mereka.

Dalam demonstrasi anti-pemerintah hari Minggu itu, unjuk rasa dipicu demonstrasi di kota San Antonio de Los Banos, di sebelah barat daya Havana. Gelombang demonstrasi dengan cepat menyebar ke seantero negeri.

Beberapa orang menayangkan peristiwa demonstrasi via media sosial. Unggahan di media sosial menunjukkan mobil polisi yang telah jungkir balik, sementara toko-toko milik negara dijarah massa.

Peristiwa demonstrasi di Kuba tampaknya hanya berupa ribuan orang yang berteriak mengutuk pemerintah. Tapi, seperti disebut Vanessa Buschschluter dari BBC News, sikap tersebut menunjukkan warga di kota-kota kecil berani bersikap meski ada risiko mereka mudah diidentifikasi aparat setempat.

"Fakta bahwa orang-orang dari kota kecil berani melakukan ini menunjukkan seberapa tinggi level kemarahan yang menyebabkan unjuk rasa ini," sebutnya.

Pada Minggu, Presiden Miguel Diaz-Canel menyebut para demonstran sebagai cara Amerika Serikat menggoyang Kuba. Namun, toh para demonstran tetap berunjuk rasa dengan berani.

Beberapa sambil masih menyanyikan penggalan lirik Patria y Vida, seperti berikut ini.

"Ada suara drum dan simbal untuk ulang tahun Havana yang ke lima ratus, sementara di rumah, panci dapur dalam kondisi kosong," demikian lanjut lirik lagu 'Patria y Vida'.

"Apa yang bisa dirayakan jika orang-orang kelaparan, menukar Che Guevara dan Marti sebagai mata uang asing? Mempromosikan 'Paradise in Varadero' sementara para ibu menangisi putra-putra mereka yang telah pergi."

Rekomendasi