Babeh Ojol Undercover: Resep Menua dengan Bahagia

| 14 Oct 2022 20:08
Babeh Ojol <i>Undercover</i>: Resep Menua dengan Bahagia
Ilustrasi. (ERA/Nisa Rahmat)

ERA.id - Ary Ruswandi yang kini masyhur dengan nama panggung Babeh Ojol cukup dikenal di dunia pertiktokan. Pria kelahiran Surabaya, 6 Agustus 1965 itu punya lebih dari tiga juta pengikut di akun TikTok. Angka yang besar untuk maju sebagai calon kepala daerah dari jalur independen.

Namun, sayangnya bukan popularitas --termasuk mejeng di surat suara Pemilu-- yang dicari Babeh Ojol. Punya banyak pengikut di medsos bukan artinya ia pensiun dari dunia ojek online. "Babeh ya masih tetap begini-begini aja," ucapnya saat ditemui ERA di Rumah Makan Padang (RMP) Surya Setiabudi, Kamis (13/10).

Sejak berkarier sebagai pengemudi ojek online (ojol) dan belakangan menyambi sebagai content creator, tak sulit untuk menghubungi Babeh yang hampir selalu standby di depan layar ponsel. Hanya butuh sepuluh menit untuk menunggu pesan dibalas di-direct message (DM) Twitter-nya. Kami lalu berbagi kontak WhatsApp dan memutuskan bertemu dua hari setelahnya.

"Ketemu di sini aja ya," pinta Babeh sambil mengirimkan alamat RMP Surya Setiabudi. Awalnya, saya ingin langsung ke Cibinong, bertamu ke rumahnya yang sudah ia tempati sejak 1996. Namun, berhubung Babeh masih jadi pengemudi ojol penuh waktu, jadwalnya berada di rumah tak menentu. "Kadang kalo udah ngojek pulangnya enggak nentu waktu dan lokasinya," tulis Babeh. 

Ia bercerita dalam sehari pernah menempuh jarak paling jauh hingga 268 kilometer. "Selesai itu jam 11 malem, jam segitu masih di belakang BSD sana, pulang karena udah capek jalan nyantai aja, sampe rumah setengah 2, besoknya gak ngojek, istirahat dulu."

Tak ingin menambah repot Babeh, saya mengiyakan untuk bertemu di Setiabudi. Saya sampai di lokasi pukul setengah empat sore, dan hujan merintik malu-malu. Mata saya segera menangkap dua kaca besar transparan bertuliskan SURYA MASAKAN PADAN dengan huruf G yang ngacir entah ke mana. Piring-piring ditumpuk dengan berani di etalase, dan beberapa pengemudi ojol tampak duduk-duduk di beranda depan. 

Di antara para pengemudi ojol muda, saya akhirnya menemukan sosok tua yang saya cari. Babeh sedang duduk lesehan bersandar tembok dan fokus menatap layar HP-nya.

Babeh Ojol sedang beristirahat di RMP Surya bersama kawan-kawan driver yang lain.

Orang-orang di balik karya Babeh Ojol

"Assalamualaikum," sapa saya sambil membuka masker. Itu pertama kalinya kami berjumpa, dan Babeh segera mengenali saya.

"Waalaikumsalam," balas Babeh yang langsung mempersilakan saya duduk bergabung. HP Iphone 11 yang sedari tadi ia pegang segera diselipkan ke saku jaketnya. Kata Babeh, HP itu diberikan oleh netizen Twitter yang baik pasca HP-nya dibawa kabur penumpang.

"Kenalin nih, ini Agus wartawan dari Era," Babeh memperkenalkan saya kepada pria berkaos putih yang duduk di sebelahnya, Bang Liam. 

Kami bersalaman dan menyebut nama masing-masing, meski karena suara derum knalpot motor yang lewat kami tak benar-benar bisa mendengar satu sama lain. Tak heran ketika saya pamit pulang, Bang Liam memanggil saya "Bang Sandi".

"Bang Liam ini ketum (ketua umum) komunitas Gojek on Twitter," kata Babeh. Sejak tahun 2020, Babeh bergabung di komunitas itu. RMP Surya Setiabudi lalu menjadi basecamp mereka, tempat melepas lelah setelah seharian mengantar penumpang, dan pusat segala kegiatan sosial mereka berjalan sejak musim pandemi.

“Babeh kenal Tiktok ya pas ketemu temen-temen yang mangkal di sini,” kenang Babeh. “Dapat ide konten juga dari mereka, dari keseharian kita, kan banyak cerita tuh. Salah satunya ya waktu itu lagi musim pakai masker komuk (muka) tuh, jadi kita bikin cerita itu aja.”

Babeh Ojol bersama anggota komunitas Gojek on Twitter yang sering nongkrong di RMP Surya.

Babeh mengaku sudah lama punya akun Tiktok, tapi baru berani mengunggah video pada tahun 2020 setelah diajarkan teman-teman komunitas. Videonya itu ditonton jutaan kali, Babeh sendiri kaget. 

Tak banyak orang berusia hampir kepala enam bisa seluwes Babeh dalam beradaptasi dengan teknologi. Sebagian memilih bertahan dengan hal-hal tradisional, sedangkan yang lain menjajal kehidupan modern dengan gaya kuno. Berbeda dengan Babeh yang tampak sangat siap memasuki dunia konten seperti seorang veteran.

"Emang dari SMP udah gak bisa diem, ngotak-ngatik barang elektronik," ucap Babeh.

Babeh dan keluarga kecilnya

Babeh hanya lulusan STM 3 Kebon Sereh (Bonser), setelah itu ia langsung bekerja sana-sini hingga menikahi istrinya, Nur Jannah (Bu Nung) pada 1992. Makanya, Babeh tak ambil pusing ketika kedua anaknya, Tya dan Nindy tak ingin lanjut kuliah.

"Sebelumnya Babeh tanya, kamu mau kuliah apa kerja? Dan buat Babeh, itu bukan kewajiban untuk kuliah. Kalau pikirannya masih mampu silakan, kalau pikirannya udah gak mampu jangan paksain, ikutin alur aja," ujarnya.

Putri pertama Babeh, Tya lahir pada tahun 1996 setelah penantian panjang selama empat tahun. Waktu itu Babeh sudah lama dipercaya sebagai teknisi di pabrik plastik. "Babeh kerja jadi teknisi selama 10 tahun, karena ada pengurangan, tahun 2000 berhenti," kenang Babeh. 

Setahun sebelum kelahiran anaknya, ia difasilitasi perusahaan untuk ambil kredit rumah. Setelah meneken tanda tangan akad kredit, Babeh segera menghubungi istrinya di rumah. "Dulu kan masih musim sms ya, jadi ngabarin lewat sana." Lalu tak dinyana-nyana, sang istri membalas bahwa ia positif hamil. "Jadi dobel tuh rejekinya, rejeki beruntun," kata Babeh.

Babeh Ojol bersama istri, kedua putri, dan menantunya. (Instagram/babehojol)

"Lalu, gimana ceritanya bisa ketemu sama Ibu?" tanya saya penasaran. Di konten-konten videonya, Babeh biasa memanggil sang istri dengan sebutan "Ayang Beb". Padahal di rumah, ia hanya memanggilnya “Bu” seperti bapak-bapak lain.

"Dia kan orang Matraman. Jadi waktu Babeh di Rawasari sering main ke Matraman, nongkrong aja, namanya ada cewek di situ kan." Babeh tersenyum lebar menampakkan sebaris giginya yang cukup lengkap. "Babeh punya temen orang situ, mainnya sama dia, tapi ngincernya ya yang ono (Bu Nung)."

“Waktu Babeh umur 27 itu bingung, mau beli rumah dulu atau nikah dulu,” lanjutnya. “Kalo beli rumah, gak nikah-nikah, kasihan anak orang udah kita pacarin. Kalo nikah, gak punya rumah. Akhirnya rumah ntar aja, yang penting tolongin anak orang dulu. Nikah dulu. Alhamdulillah begitu nikah, kan dapet rejeki dobel ya, dapet rumah dapet anak.”

Karena masa penantian yang cukup lama hingga anak pertamanya lahir, buat Babeh itulah rahasia kedekatannya dengan sang istri yang sudah hidup bersamanya selama 30 tahun. 

“Nah selama kerja empat tahun belum punya anak itu, saya suruh istri belajar bikin kue. Akhirnya, begitu saya berhenti kerja tahun 2000, bisa jualan kue.”

Titik terendah dalam hidup dan harapan Babeh di usia senja

Sejak berhenti kerja di pabrik, Babeh mulai meniti profesi sebagai sopir ojek. Berawal dari ojek pangkalan, lalu ojek panggilan, hingga berujung ke ojek online.

Dulu ia sempat punya pelanggan tetap hingga lima orang. “Ya tetangga-tetangga sekitaran rumah,” kata Babeh. Pernah pada masanya ia mengantar pulang-pergi dari jam 4 pagi hingga menjelang 10 malam. “Babeh nonstop, gak turun dari motor.”

Pada fase hidupnya yang paling sulit, Babeh bercerita pernah hanya memegang uang 7.500 rupiah. Kedua anaknya masih kecil dan perut mereka bolak-balik berbunyi meminta makan. Sementara istrinya sedang berjualan kue di sekolah dengan untung pas-pasan. 

“Babeh ngakalinnya gimana? Beli beras, cabe merah, bawang merah, bawang putih, bikin nasi goreng dari 7.500 tadi,” ucapnya.

Babeh kerja di Malaysia dari tahun 2003-2007 setelah diajak seorang teman. Lalu pada 2009, Babeh dipanggil lagi ke sana dan baru pulang pada 2011. "Pas pertama kali ketemu bosnya nih, dia juga gak percaya, nih orang bisa kerja gak? Karena fisik babeh kayak gini kan. Kalo seminggu gak bisa kerja mau dipulangin. Ternyata gak pulang-pulang, malah dipanggil lagi."

Ketika mendaftar ojol pada 2017, Babeh mulai mengurangi jadwal ojek panggilan. Sejak saat itu, pesanan ojol di hp Vivo Y53 milik Babeh jadi sumber penghidupan keluarganya, hingga pandemi datang tak pandang uang, Babeh pun terlilit utang hingga belasan juta.

“Dua minggu gak dapat orderan. Tetep muter-muter, keliling-keliling dua minggu, gak dapat hasil, sampai saldo minus 25.000 gak bisa ngisi,” ujar Babeh mengenang masa-masa itu. “Untungnya masih ada ojek panggilan, jadi sehari itu Babeh masih bisa megang buat bensin sama makan berdua.”

Babeh bersiap menarik ojek saat hujan.

Ekonominya mulai beranjak membaik setelah aktif di media sosial dan terkenal di mana-mana. Babeh sempat ikut lomba video memperingati ulang tahun Gojek yang ke-10, dan membawa pulang Honda PCX. “Seminggu terus dijual, keberatan, Babeh gak kuat bawanya. Akhirnya uangnya buat benerin rumah.”

Beberapa kali Babeh juga diundang ke televisi, bertemu artis-artis dan banyak orang baik. “Kalau diingat-ingat, pertama kali masuk tv itu bareng Lyodra,” kata Babeh.

Dengan ketenaran yang dimilikinya (puluhan juta kali videonya ditonton orang), Babeh sebenarnya sangat bisa berlagak artis papan atas. Namun, waktu telah mengajarkan Babeh banyak hal, bahwa hidup di usia senja hanya tinggal menyiapkan bekal. “Abis, apa yang mau disombongin sih?” tanya Babeh di tengah hujan yang kian ramai.

Agustus kemarin Babeh genap berusia 57 tahun. Baginya yang sudah hidup puluhan tahun, tak ada yang perlu disesali untuk tahun-tahun yang telah lewat. Ketika ditanya apa harapan Babeh ke depan? Ia langsung menjawab, “Tujuan utamanya paling ibadah. Kalau dihitung-hitung belum bisa pergi haji ya, minimal pergi umrah. Jadi walaupun rejekinya belum cukup, tapi paling enggak hati dan pikiran kita udah pergi duluan ya.”

Babeh Ojol bergaya di depan motor yang sering ia gunakan menjemput penumpang.

Saya masih ingin mengobrol lebih panjang lagi, sayangnya saya harus segera kembali ke kantor sebelum hujan kian deras. Saya lihat Babeh sedang bersiap untuk pergi dan memakai jas hujan dengan tangan gemetar. 

Hari juga menjelang magrib, dulu waktu masih sekolah dasar, saya sering dimarahi ibu jika belum pulang saat azan. Entah bagaimana, mengobrol dengan Babeh mengembalikan ingatan-ingatan masa kecil itu. Akhirnya saya memutuskan pulang sebelum hari gelap. “Mampir-mampir kalau dekat basecamp Surya,” tutup Babeh.

Rekomendasi