Menurut surat gugatan yang dilayangkan pada Jumat (17/8), Google meyakinkan para pengguna bahwa lokasi mereka tidak akan dilacak jika mematikan fitur riwayat Lokasi (Location History), tetapi Google melanggar privasi dengan memonitor dan menyimpan data lokasi pengguna.
"Google menyatakan bahwa pengguna 'dapat mematikan Location History kapan saja. Dengan Riwayat Lokasi yang dinon-aktifkan, tempat-tempat yang Anda kunjungi tak akan disimpan.' Hal itu tidak benar," kata tuntutan yang dilayangkan ke pengadilan federal San Fransisco itu, seperti dikutip Antara, Selasa (21/8/2018).
Penggugat bernama Napoleon Patacsil asal San Diego mengajukan gugatan massal (class action) atas nama pengguna ponsel Android dan iPhones Apple di AS yang mematikan fitur pelacakan. Dia menuntut kerugian akibat pelanggaran Google terhadap undang-undang privasi California dan penyusupan ke dalam urusan pribadi orang lain.
Pelacakan yang diduga dilakukan oleh Alphabet Inc yang berbasis di Mountain View, California, sebelumnya diberitakan oleh Associated Press (AP) pada 13 Agustus. AP mengatakan bahwa mereka mendapat konfirmasi dari sejumlah pakar komputer di Universitas Princeton tentang hal itu.
Belum ada respon dari Google maupun pengacara Patacsil tentang tuntutan tersebut. Patacsil mengklaim Google secara tidak sah melacaknya di ponsel Android dan iPhone yang dipasangi beberapa aplikasi buatan Google.
Dia mengatakan tujuan utama Google adalah memonitor secara diam-diam ponsel pengguna dan membiarkan pihak ketiga melakukan hal yang sama.
Halaman bantuan di situs Google kini menyatakan bahwa mematikan fitur Riwayat Lokasi tidak mempengaruhi layanan lokasi lainnya di ponsel, dan bahwa data lokasi yang sama mungkin disimpan lewat layanan lain seperti pencarian dan peta.