Alasan 'Pil Kina' Klorokuin Direkomendasikan Jadi Obat Korona

| 24 Mar 2020 17:10
Alasan 'Pil Kina' Klorokuin Direkomendasikan Jadi Obat Korona
Ilustrasi (Pixabay)
Bandung, era.id - Pemerintah bakal membeli jutaan obat untuk terapi pasien virus korona baru. Salah satu jenis obat yang disiapkan ialah klorokuin, obat malaria hasil formulasi dari tanaman kina. Bagaimana tanggapan farmakolog soal penggunaan obat yang akrab disebut pil kina itu?

Para pakar memang merekomendasi pengunaan klorokuin. Salah satunya adalah Guru Besar Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Keri Lestari.

“Kalau saya dari awal memang rekomendasikan ke klorokuin,” kata Keri, saat dihubungi Era.id, Senin (24/3) kemarin.

Keri mengklaim, tim risetnya sering berdiskusi dengan Wuhan Institute of Virology, Wuhan, China. Lembaga riset tersebut adalah yang pertama kali menggunakan klorokuin sebagai obat bagi pasien COVID-19 ketika wabah virus ini pertama kali mewabah yang kemudian menjadi pandemi dunia di sana.

“Kami tanya di sana (Wuhan) pakai apa sehingga pasien-pasien itu mempunyai performa baik? Mereka bilang, bahwa yang membaik itu kebanyakan pakai klorokuin dan remdesivir. Jadi, ya sudah karena remdesivir di Indonesia tidak ada, akhirnya kita rekomendasikan klorokuin yang sudah ada di Indonesia,” terang Keri Lestari.

Profesor yang meneliti Pala sebagai obat diabetes tersebut menerangkan, banyak pasien COVID-19 di Wuhan yang berhasil disembuhkan klorokuin. Sebelum memutuskan memakai klorokuin, tentu ilmuwan China terlebih dahulu melakukan riset obat yang cocok untuk mengobati pasien COVID-19.

“Ada 3 obat yang direkomendasikan, mereka (China) yang duluan men-screening dari ribuan obat lho ya,” terang Keri.

Tiga obat tersebut yaitu remdesivir, avigan, dan chloroquine. Klorokuin adalah senyawa yang terkandung dalam tanaman kina. Selain itu, organisasi obat dunia FDA (BPOM-nya dunia) juga menyetujui penggunaan tiga jenis obat tersebut sebagai salah satu obat COVID-19.

“Jadi kenapa larinya ke klorokuin karena ini bukan tanpa dasar. Beberapa negara yang sekarang sudah berhasil kendalikan COVID-19 seperti Cina dan sebagainya mereka juga pakai obat tersebut,” katanya.

Namun, hari ini seorang pria meninggal dunia, dan istrinya kritis setelah minum obat klorokuin. Meski tak dilaporkan apakah ia dan istrinya adalah pasien COVID-19 atau bukan, namun terbukti jika klorokuin adalah obat keras.

"Mengingat ketidakpastian di sekitar COVID-19, kami memahami bahwa orang berusaha menemukan cara baru untuk mencegah atau mengobati virus ini, tetapi mengobati sendiri bukanlah cara untuk melakukannya," kata Direktur Medis Departemen Obat-Obatan Amerika, Dr Daniel Brooks.

Ia meminta klinik, atau rumah sakit untuk tidak meresepkan obat klorokuin kepada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, karena klorokuin adalah obat keras yang hanya diberikan lewat resep dokter.

 

Rekomendasi