Bongkar Rentetan Kebohonganya, Ferdy Sambo Beberkan Semua Diawali dari HuKaro Provos, Karo Paminal, hingga Kasat Reskrim

| 17 Dec 2022 10:17
Bongkar Rentetan Kebohonganya, Ferdy Sambo Beberkan Semua Diawali dari HuKaro Provos, Karo Paminal, hingga Kasat Reskrim
Ferdy Sambo (Dok. Era.id/Ilham Aprianto)

ERA.id - Mantan Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo mengungkapkan bagaimana skenario yang dibuatnya di kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), yakni baku tembak, bisa tersebar hingga menyeret anggota polisi lain.

Awalnya, Sambo menerangkan dirinya panik usai melihat Yosua tewas di tangan Bharada Richard Eliezer (Bharada E) di rumah dinasnya, di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat (08/07) lalu. Kepada Richard, Sambo menyampaikan akan memberi perlindungan.

Bentuk perlindungan itu, dengan membuat skenario bahwa Yosua tewas karena baku tembak dengan Richard. Bharada E pun diminta untuk mengikuti skenarionya ini.

"Dari cerita cepat yang saya bangun itu, setelah istri saya berangkat ke (rumah) Saguling, saya kemudian menelpon Karo Provos (Benny Ali), Yang Mulia. Karena cerita yang tidak benar itu kan saya sudah buat ini tembak menembak antar anggota. Saya hubungi lah Karo Provos, 'Bang tolong rumah saya ada peristiwa tembak menembak'," kata Sambo yang jadi saksi di sidang terdakwa obstruction of justice kasus kematian Brigadir J, Irfan Widyanto di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Jumat (16/12/2022).

Karena Yosua dan Richard merupakan anggota Polri, dia langsung berpikir untuk menghubungi anak buahnya, Hendra Kurniawan yang saat itu sebagai Karo Paminal Divpropam Polri.

"Setelah itu, karena ini juga menyangkut anggota Polri, saya menghubungi Karo Paminal 'Dek tolong kamu ke Duren Tiga, ini ada ajudan tembak menembak'," tambahnya.

Lebih lanjut, mantan jenderal bintang dua ini mengaku menghubungi Kasubdit III Dittipidum Bareskrim Polri, Kombes John, untuk datang ke rumah dinasnya saat itu. Namun, kata Sambo, John sedang berada di Medan dan mengarahkan agar memanggil Kanit I Subdit III Dittipidum Bareskrim AKBP Ari Cahya Nugraha (Acay).

Kepada majelis hakim, Sambo menjelaskan saat itu dirinya berpikir bahwa kematian Brigadir J harus segera dilakukan olah TKP. Dia pun memerintahkan ajudannya untuk menghubungi penyidik Polres Metro Jakarta Selatan.

Ajudannya pun memberitahukan bahwa AKBP Ridwan Soplanit, yang saat itu menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Jaksel, sedang berada di rumah. Ridwan pun tak lama kemudian dipanggil untuk ke TKP.

"Kemudian kami tunggulah akhirnya Kasat Reskrim datang ke dalam. Ridwan Soplanit. Kemudian saya antar ke dalam, saya sampaikan cerita tidak benar tadi, Yang Mulia. Bahwa ada tembak menembak, ada teriakan istri saya, kemudian terjadi tembak menembak, demikian," ucap Sambo.

Sambo mengatakan Ridwan segera memanggil anggotanya untuk melakukan olah TKP. Dia menerangkan ambulans datang pada malam hari usai kejadian pembunuhan Brigadir J.

"Sebelum, ambulans itu terakhir. Setelah tim olah TKP datang, dari Provos juga datang, ada Kombes Susanto dan ada anggotanya, kemudian tim olah TKP masuk lah ke TKP untuk melakukan olah TKP," kata Sambo.

Rekomendasi