ERA.id - Presiden Joko Widodo merombak atau reshuffle kabinet Indonesia Maju dengan melantik enam orang menteri baru. Direktur Eksekutif Lingkar Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan mengatakan ada dua upaya yang ingin ditunjukkan Jokowi kepada publik terkait hal tersebut.
Pertama adalah memperbaiki citra negatif Kabinet Indonesia Maju setelah tertangkapnya dua orang menteri atas kasus korupsi. Misalnya, dengan memilih Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial (Mensos) dan Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf).
"Itu penting bagi kabinet secara umum, karena tidak mengabaikan persepsi dan dukungan publik itu. Termasuk adalah untuk memperbaiki citra negatif yang diperoleh kabinet pasca tertangkapnya dua menteri secara berturut-turut dalam bulan yang sama, terkait dengan kasus korupsi," ujar Djayadi seperti dikutip dari acara webinar bertajuk "Crazy Rich Masuk Kabinet: Membaca Politik Plutokrasi Era Jokowi" di kanal YouTube Forum Jurnalis Politik, Senin (28/12/2020).
Djayadi menilai, dipilihnya Risma untuk menggantikan Juliari Batubara yang tersandung kasus korupsi bantuan sosial (bansos) COVID-19, juga menjadi upaya Jokowi mengembalikan kepercayaan publik.
Terlebih, kata dia, Kementerian Sosial adalah kementerian yang sangat penting di tengah pandemi COVID-19 karena dekat dengan masyarakat bawah yang terdampak langsung pandemi virus korona.
"Sosok seperti Risma itu dihadirkan kepada publik di Kementerian Sosial untuk untuk memberikan apa itu upaya recovery terhadap kepercayaan publik yang menurun," kata Djayadi.
Selain memperbaiki citra negatif, Djayadi juga menilai terpilihnya enam orang menteri yang didominasi dari kalangan pengusaha, menunjukan bahwa Jokowi lebih fokus memperbaiki pertumbuhan ekonomi nasional.
Seperti diketahui, empat dari enam menteri baru berlatar belakang ekonomi dan bisnis, seperti Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menparekraf Sandiaga Uno, Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono, dan Menteri Perdagangan M Lutfi.
"Ini menyiratkan pesan bahwa memang presiden (Jokowi) betul-betul memberikan pesan baik kepada kabinet maupun kepada publik bahwa ke depan itu adalah fokus di bidang pemulihan ekonomi," ucap Djayadi.
Hal tersebut, menurut Djayadi, terlihat jelas dengan ditunjuknya Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan. Budi Gunadi sendiri berlatar belakang orang perbankan dan mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Djayadi menilai, untuk memperbaiki ekonomi maka yang harus dilakukan adalah menangani pandemi COVID-19 dengan memilih orang yang tepat serta memiliki peran kuat dalam hal managerial.
"Untuk menangani pandemi itu memerlukan peran yang sangat kuat, peran memimpin dari Kementerian Kesehatan terutama untuk tugas-tugas misalnya keberhasilan vaksinasi," kata Djayadi.
"Maka dipilihlah orang seperti Budi Sadikin yang dianggap memiliki kemampuan managerial dan leadership skill yang memadai, sehingga nanti bukan hanya mampu mengambil peran memimpin untuk untuk penanganan pandemi, tapi juga bisa melakukan fungsi koordinasi dan integrasi terutama bidang-bidang ekonomi yang menjadi fokus utama dari pemerintahan ke depan," pungkasnya.