ERA.id - Pemerintah memastikan belum ada strain atau varian baru virus corona yang masuk ke Indonesia sejak diberlakukannya pengetatan aturan perjalanan internasional. Kebijakan itu juga dinilai efektif untuk melakukan skrining para pelaku perjalanan luar negeri.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut, hingga saat ini belum ditemukan strain virus B117 di Indonesia. Varian baru COVID-19 yang disebut lebih cepat menyebar itu ditemukan di Inggris dan telah ada di sejumlah negara.
"Kementerian Kesehatan dan Lembaga Eijkman, menggunakan WGS (WHole Genome Sequencing) dari total ada 244 sampel yang dikumpulkan secara acak. Didapat sampai sekarang belum ada strain virus dari Inggris, B117 di Indonesia, itu belum ada. Yang ada strain D614G," ujar Wiku dalam acara diskusi yang disiarkan YouTube BNPB, Kamis (18/2/2021).
Artinya, kata Wiku, pengetatan aturan perjalanan internasional yang dibuat pemerintah terbukti efektif. Sehingga hingga saat ini mampu mencegah penyebaran strain virus dari Inggris yang bisa membuat Indonesia semakin kewalahan menangani pandemi COVID-19.
Untuk diketahui, pemerintah menetapkan sejumlah aturan bagi pelaku perjalanan luar negeri. Misalnya seperti wajib menyertakan hasil polymerase chain reaction (PCR) test yang berlaku 3x24 jam sebelum tiba di Indonesia. Selain itu, pelaku perjalanan luar negeri wajib melakukan PCR test sebanyak dua kali setibanya di Indonesia dan menjalani karantina selama lima hari. Adapun PCR test dilakukan saat pelaku perjalan tiba di Indonesia dan setelah karantina.
"Jadinya kasus positif (COVID-19) bisa kita jaring sehingga kemungkinan untuk menyebar ke tempat-tempat lain sudah bisa kita cegah. Jadi secara umum cukup efektif," kata Wiku.
Wiku berharap, kebijakan pengetatan perjalanan ini tak hanya dilakukan oleh Indonesia saja tapi juga negara-negara lainnya. Dia mengatakan, hal tersebut dapat membantu mempercepat penanganan pandemi COVID-19 secara global.
"Seluruh dunia harus berusaha agar strain virus baru ini tidak diekspor atau diimpor oleh berbagai negara. Semakin kita bisa mencegah hanya ada di sumbernya saja, itu akan dapat mempercepat (pemulihan) masalah pandemi ini," pungkasnya.