Hal itu dikatakan Yusuf ketika menceritakan soal hasil ijtihad politiknya yang dianggap melawan arus. Iya, melawan arus, dari jalur politik keislaman ke jalur nasionalis. Kata Yusuf, melawan arus adalah sebuah keniscayaan. “Tapi jangan asal melawan arus, tentu demi kebaikan. Dalam hal ini kebaikan dunia dan akhirat,” kata Yusuf dalam tayangan yang kami akses di akun Youtube ‘TalkZShow by Zelda Savitri, Sabtu (4/8).
“Justru dalam melawan arus itu dalam rangka pengristalan. Mana yang baik, mana yang buruk, gitu kan? Namun bagi saya sih ini bukan (sekadar) urusan melawan arus, tapi ini merupakan isi hati nurani,” tambah Yusuf.
Menanggapi jawaban Yusuf itu, Zelda Savitri, jurnalis yang jadi presenter acara tersebut melontarkan pertanyaan pada Yusuf: "Apa yang dikatakan nurani Anda saat memutuskan ini (jalur nasionalis)?”
Yusuf pun mengutip potongan kitab dari Imam Qurtubi yang sering dia baca: “Maka, ketika menjelaskan surat Ali Imran ayat 79, Alladzi Ajma’ul Illa ‘Ilmi Al Bashara Bi Siyasiatih, yaitu mumpuni dalam ilmu pengetahuan dan mapan dalam perpolitikan. Seorang hamba Allah, hamba Tuhan, politik itu bukan ala kadarnya sebagai pekerja politik ya. Harus menguasai perpolitikan itu,” tegas Yusuf.
Lebih lanjut, Yusuf menyebut keputusannya bergabung dengan PDIP telah melewati proses kajian panjang dan pemetaan politik sebelum dan sesudah Pilkada 2018. "Banyak teman teman yang mendorong saya bahwa Pak Yusuf itu harus aktif kembali di politik,” ujarnya.
“Tentu, melihat pilihan ini kalau dalam bahasa Islam itu ‘ijtihad’. Setelah mendapatkan doa restu dari ibu dan didukung dengan keluarga maka saya Bismillah Tawakkaltu’alallah, saya menentukan pilihan itu ke PDI Perjuangan, last minute. Tanggal 9 Juli 2018,” tambahnya.
-
Afair21 Feb 2019 11:31
Suara Pemilih Muslim Turun, PDIP: Pergeseran Hal Biasa
-
Afair09 Feb 2019 14:32
PDIP Kenang Yusuf Supendi Lewat Anaknya