Andri menuturkan, penelitian dilakukannya terhadap beberapa naracoba anak-anak dan remaja usia sekolah (SD, SMP dan SMA) dari sebuah Yayasan di Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang. Untuk beberapa waktu, anak-anak ini diberikan musik yang bisa meningkatkan stres.
Andri melakukan perekaman otak si anak untuk mengetahui bagaimana frekuensi gelombang otak yang ditimbulkan dari musik pembangkit stres itu. Kemudian sang anak diberikan terapi mendengarkan bacaan Al-Qur'an selama tiga bulan. Selanjutnya mereka diperdengarkan kembali musik yang bisa meningkatkan stres.
Hasilnya menunjukkan, daya tahan anak terhadap stres pada kesempatan kedua jauh lebih kuat daripada pada saat pemberian musik yang pertama jika dilihat dari rekaman gelombang otaknya.
"Anak yang sudah didengarkan suara bacaan (terapi) Al-Qur'an akan jauh lebih tenang dan lebih tahan terhadap stres," kata Andri, dikutip dari laman resmi Unpad, Minggu (26/4).
Dosen fisika Unpad, Dr. Andri Abdurochman. (Dok Unpad)
Lulusan program Doktor di Université de Strasbourg, Perancis, ini menggeluti suara-suara sejak 2006. Menurutnya, suara bukan sekadar bunyi yang keluar dari sebuah instrumen. Dalam ilmu Fisika, suara merupakan gelombang mekanik yang merambat melalui udara.
Adapun bacaan Al-Qur'an yang didengarkannya pada penelitian yang dilakukan 2010 itu merupakan kumpulan ayat-ayat yang memiliki satu kata yang sama. Andri mencari kata di dalam Al-Qur'an yang bermakna positif lalu mengumpulkan bacaan (murottal) ayat-ayat tersebut.
Menurut dia, relaksasi terjadi karena relaksivitas yang dihasilkan akibat mendengar bacaan. Hal ini karena setiap sel dalam otak manusia punya frekuensi alamiah masing-masing. Pada saat otak diberikan stimulus berupa suara, jika spektrum frekuensi suaranya itu adalah berbanding lurus dengan frekuensi natural sel, maka si sel akan beresonansi.
"Ketika resonansi itu, si sel kemudian bisa aktif atau memberikan sinyal ke kelenjar dalam tubuh untuk mengeluarkan hormon, karena si kelenjar kesehatan itu akan aktif hanya pada kondisi tertentu, misalnya tidur," jelas dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad itu.
Pada saat mendengar bacaan Al-Qur'an, otak mengalami relaksasi yang baik sehingga seolah-seolah sedang berada dalam keadaan tidur. Pada kondisi tersebut, sel kemudian memberikan sinyal ke kelenjar dalam tubuh untuk mengeluarkan hormon.
Kondisi inilah yang dialami oleh seseorang ketika melakukan terapi Al Qur'an. Andri bahkan mengklaim, suara bacaan Al-Qur'an memiliki tingkat relaksasi paling baik dibanding musik klasik atau musik relaksasi.