Acapkali orang bertanya, lalu di mana orang-orang ini tinggal?
Di Jakarta sendiri, seorang fotografer drone asal Selangor, Malaysia, membuat publik internasional terpana dengan apa yang ia temukan di atap Mall Thamrin City. Lewat akun Twitternya, @shahrirbahar1, ia menunjukkan sebuah kompleks berisi 78 unit apartemen dua lantai, lengkap dengan jalanan yang dipagari pepohonan dan fasilitas lapangan tenis.
Lokasi bernama Cosmo Park ini terletak jauh di atas bangunan-bangunan kecil yang memenuhi lanskap Jakarta. Koran The Guardian bahkan menamai kompleks ini: Desa di Atas Langit (A Village in the Sky).
Good morning Jakarta. Macam mana lah diorang terfikir nak develop taman perumahan atas bangunan? pic.twitter.com/TNQrnEQ8eA
— shahrirbahar (@shahrirbahar1) June 24, 2019
Foto yang fenomenal ini mengundang decak kagum. Konon, pemilik rumah di Cosmo Park harus mengendarai kendaraannya hingga ke puncak gedung, melewati suatu jalan melingkar vertikal yang sudah diberi pembatas baja. Bayangkan saja bila ada driver ojol (ojek online) yang harus mengantar pesanan makanan ke area kompleks tersebut.
Hidup di lahan yang terbatas memang mengharuskan orang-orang untuk makin kreatif dan ketika urbanisasi menjadi fenomena dunia, kita bisa melihat gedung-gedung unik semacam Cosmo Park ini di berbagai kota di dunia, tentunya dengan karakter masing-masing.
Fenomena hunian vertikal
Beberapa kompleks hunian urban ekstra tinggi, dan “berbahaya”, bisa ditelusur ke kota Caracas dan Kowloon. Di Caracas, Venezuela, sebuah gedung hunian kumuh bernama Torre David (Menara David), sebuah gedung perkantoran kosong setinggi 45 lantai, pernah berdiri selama delapan tahun. Masyarakat diberi izin tinggal di situ. Baru pada tahun 2014, mereka yang tinggal di gedung itu dipindahkan ke kompleks hunian sosial yang lebih layak dan aman.Sementara itu di Hong Kong, pada tahun 1898, dibangun sebuah bangunan berukuran jumbo setinggi sepuluh lantai dan lebih dari dua kali panjang lapangan sepak bola. Pembangunan gedung ini tidak terencana. Namun, pada tahun itu gedung ini diisi apartemen, toko, perkantoran, dan pabrik. Tetapi karena sangat berbahaya, gedung yang dinamai Kowloon Walled City tersebut akhirnya dirubuhkan oleh pemerintah Cina pada tahun 1994. Sekitar 400.000 orang yang menduduki area tersebut diwajibkan untuk pindah ke tempat lain.
Kowloon Walled City. (Foto: Commons Wikimedia)
Permasalahan hunian, sekaligus bangunan yang tak berkonsep, makin serius ketika orang-orang yang yang tidak memiliki rumah tapi membangun rumah mereka sendiri. Umumnya, mereka tak memiliki latar belakang pengetahuan arsitektur atau teknik sipil.
Seperti di Rio de Janeiro, rumah-rumah gubuk di area kumuh, favelas, ditumpuk-tumpuk satu sama lain. Rumah-rumah ini setengah bersandar dengan sisi bukit yang mengelilingi area tersebut.
Menurut Carlo Ratti, seorang profesor di Massachusetts Institute of Technology (MIT), bahkan hanya kurang dari satu dari 50 gedung di dunia yang dibangun oleh seorang ahli.
Kepadatan penduduk yang meningkat seiring pesatnya urbanisasi mendesak pemikiran tata kota dan hunian yang lebih baik. Jangan sampai hunian liar meledak di sudut-sudut kota. Kita harus menghindarkan penduduk kota kehilangan akses ke hunian yang layak, seperti yang dimiliki kelompok-kelompok menengah-atas yang bisa bersepeda santai di jalan-jalan lengang Cosmo Park.