ERA.id - Aksi unjuk rasa di Indonesia, dari era 1990an hingga pasca-Reformasi, tak bisa dilepaskan dari sejumlah lagu dan nyanyian legendaris. Perbedaan nuansa tak sedikitpun mengaburkan semangat persatuan dan perjuangan mencapai keadilan bagi negeri ini.
1. Darah Juang
Lagu "Darah Juang" adalah karya John Tobing, seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia menciptakan lagu ini pada era 1990-an. Nuansa lagunya terdengar seperti solilokui, agak muram. Namun, liriknya menyimpan harapan dan semangat pembebasan. Lagu ini menjadi salah satu lagu paling populer dalam aksi demonstrasi mahasiswa terutama di era Reformasi 1998.
Lirik:
Di sini negeri kami
Tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya
Tanah kami subur tuan
Di negeri permai ini
Berjuta rakyat bersimbah ruah
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Untuk membebaskan rakyat
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami berbakti
2. Buruh Tani
Ketika dinyanyikan, biasanya secara kolosal, lagu "Buruh Tani" terdengar seperti sorak=sorai suporter bola. Namun, pesan persatuan yang terkandung dalam lagu ini tak tenggelam dalam hingar-bingar para demonstran yang menyanyikannya. Diciptakan pada tahun 1996 oleh mahasiswa asal Lamongan, Safi'i Kemamang, lagu ini awalnya berjudul asli "Pembebasan". Ia menulis lagu ini untuk menyemangati persatuan antara buruh, tani, mahasiswa, dan kaum miskin kota, melawan rezim Soeharto yang berkuasa selama Orde Baru.
Lirik:
Buruh, tani, mahasiwa, rakyat miskin kota
Bersatu padu rebut demokrasi
Gegap gempita dalam satu suara
Demi tugas suci yang mulia
Hari-hari esok adalah milik kita
Terciptanya masyarakat sejaht'ra
Terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba
Marilah kawan mari kita kabarkan
Di tangan kita tergenggam arah bangsa
Marilah kawan mari kita nyanyikan
Sebuah lagu tentang pembebasan
Di bawah kuasa tirani
Ku susuri garis jalan ini
Berjuta kali turun aksi
Bagiku satu langkah pasti
3. Berderap dan Melaju
Kerap disgadang-gadang sebagai lagu wajib mahasiswa, "Berderap dan Melaju" memiliki tempo mars dan mewarnai demonstrasi mahasiswa. Ia menyertai aksi "peradilan jalanan" ketika para mahasiswa melontarkan retorika lewat mimbar dan orasi melalui corong-corong megaphone.
Berderap dan Melaju
Menuju Indonesia baru
Singsingkan lengan baju
Singkirkan semua musuh-musuh
Rakyat pasti menang
Melawan penindasan
Rakyat kita pasti akan menang
Rakyat pasti menang
Rebut Kedaulatan
Rakyat kita pasti akan menang
4. Kami Belum Tentu
Diciptakan oleh band bernama .Feast, lagu "Kami Belum Tentu" seakan berhasil menjadi perahu bagi semangat penolakan RUU KUHP pada tahun 2019. Saat itu, mahasiswa menyanyikan lagu ini, sahut-menyahut, sambil meluapkan rasa geram mereka terhadap kalangan wakil rakyat.
Lirik:
Tiang masih berdiri
Bendera makin tinggi
Berkibar tiap pagi
Dimakan matahari
Merah makin memudar
Yang bunglon merasa benar
Putih makin menguning
Yang pintar masih berpaling
Ditinggal beasiswa
Tenang kawan, tak apa
Bertahan, buat apa?
Belum ada artinya
Masih dipeluk setan
Alergi peradaban
Alergi kemajuan
Mendorong kemunduran
Pemimpin di esok hari
(Adakah yang cukup mampu?)
Mewakilkan suara kami
(Jelas tak ada yang tahu!)
Ada yang cukup peduli
Umat yang dikelabui
Melupakan masa lalu
(Namun kami belum tentu!)
Negeri kerusuhan lagi
Heboh perang nuklir lagi
Jadikan pelajaran
Jangan sampai rusak beneran
Tentu masih main tusuk
Tiap hari kian buruk
Ayo cepat mending rujuk
Jangan sampai salah tunjuk
Pemimpin di esok hari
(Adakah yang cukup mampu?)
Mewakilkan suara kami
(Jelas tak ada yang tahu!)
Ada yang cukup peduli
Umat yang dikelabui
Melupakan masa lalu
(Namun kami belum tentu!)
Pemimpin di esok hari
(Adakah yang cukup mampu?)
Mewakilkan suara kami
(Jelas tak ada yang tahu!)
Ada yang cukup peduli
Umat yang dikelabui
Melupakan masa lalu
(Namun kami belum tentu!)
Apa guna gelar kami?
(Siapa yang sudah tahu?)
Jadi apa tua nanti?
(Tentu kami belum tahu!)
Tumblr, Reddit diblok lagi
(Siapa bilang situs biru?)
Untuk apa terkoneksi
(Jika masih mati lampu?)
Cukup dikasih hati
(Masih minta tambah paru)
Pura-pura bersih lagi
(Bagaikan Kalpataru)
Jelas-jelas tangan besi
(Masih berlagak rindu!)
Sembah Tuhan tiap minggu
(Tapi masih lempar batu)