Jakarta, era.id - Badan SAR Nasional (Basarnas) terus menyisir wilayah perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat untuk mencari korban dan petunjuk jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. Sejak Selasa siang (30/10/2018), Basarnas memperluas radius pencarian dari sebelumnya 5 nautical mile (NM) menjadi 10 NM. Selain itu, tim gabungan juga telah diperkuat oleh 14 penyelam dari Basarnas Special Group (BSG).
BSG adalah satuan khusus bentukan Basarnas. Tak seperti anggota Basarnas pada umumnya, personel yang tergabung dalam BSG adalah orang-orang yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Merujuk Peraturan Kepala Basarnas Nomor 5 Tahun 2014, BSG dibentuk untuk meningkatkan kinerja Basarnas dalam berbagai operasi search and rescue (SAR).
Pembentukan BSG adalah upaya Basarnas untuk memastikan operasi SAR berjalan cepat, tepat, aman, efektif, efisien, dan andal. Di lapangan, BSG kerap diturunkan untuk membantu operasi SAR dalam berbagai situasi, mulai dari musibah penerbangan, pelayaran, bencana, hingga musibah lain yang berskala nasional ataupun operasi-operasi SAR yang memiliki tingkat kesulitan tinggi.
Dengan berbagai kualifikasi yang dimiliki, BSG dipecah ke dalam tiga tim: Underwater Rescue, Urban SAR, dan Aviation Rescue. Meski dipecah, setiap personel BSG dipastikan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas di tiga tim tersebut. Dalam praktiknya, seluruh personel BSG akan dirotasi dari tim ke tim untuk mempertajam kemampuan mereka di ketiga bidang tersebut.
Memang, untuk mendapatkan kemampuan istimewanya, setiap personel BSG harus mampu melewati lima tahapan tes, mulai dari seleksi administrasi, tes psikologi, tes kesehatan fisik, tes kesehatan jiwa, hingga tes kesamaptaan atau tes kesehatan dan fisik. Tapi, tes kesamaptaan untuk BSG tentu bukan tes kesamaptaan biasa.
Evakuasi korban JT 610 (FOTO: Mery/era.id)
Dibentuk lewat cara khusus
Kemampuan khusus yang dimiliki setiap personel BSG tentu enggak dibentuk dalam konsep cepat saji. Proses gila nan melelahkan wajib dilalui setiap personel untuk bisa bergabung dalam satuan elite ini.
Berbagai sumber menyebut bahwa BSG dilatih oleh pasukan khusus Tentara Nasional Indonesia (TNI). Lagipula, jika merujuk Peraturan Kepala Basarnas 5/2014, BSG merupakan unit kerja nonstruktural dalam tubuh Basarnas.
Selain kemampuan fisik yang digembleng habis-habisan, kemampuan khusus lain yang dimiliki personel BSG terbilang lengkap, bahwa setiap personel BSG wajib menguasai kemampuan medical first responder (MFR), high angle rescue technique (HART), penyelamatan hutan, penyelamatan dalam air, penyelamatan dengan helikopter, kemampuan terjun payung, hingga collapsed structure search and rescue (CSSR).
Di samping kualifikasi di atas, setiap personel BSG juga wajib menguasai kualifikasi umum setiap anggota Basarnas, seperti manajemen operasi SAR, SAR planner, komunikasi SAR, hingga kemampuan administrasi dan kehumasan. Nah, kamu terbayangkan bagaimana kemampuan personel BSG.
Bayangkan, SAR planner yang merupakan salah satu langkah pelik dalam operasi SAR saja jadi kualifikasi umum anggota Basarnas, bagaimana dengan kualifikasi khusus para personel BSG. Buat gambaran, SAR planner adalah tahap penting untuk memulai operasi SAR. SAR planner sendiri meliputi sejumlah hal, mulai dari penyiapan logistik hingga menentukan strategi operasi.
Infografis dipersembahkan oleh Mahesa/era.id
Rekam Jejak
Tragedi Lion Air JT 610 bukan kali pertama BSG diturunkan. Kita ambil contoh paling dekat. Dalam insiden tenggelamnya KM Sinar Bangun di perairan Toba, Sumatera Utara pada Juni 2018 lalu, Basarnas turut menurunkan sepuluh personel BSG yang bergabung dengan tim gabungan. BSG saat itu diturunkan untuk mendorong percepatan dan efisiensi operasi SAR.
Saat itu, kedalaman dasar Danau Toba jadi kendala dalam proses evakuasi. Meski keberadaan bangkai kapal sudah diketahui, saat itu tim enggak bisa berbuat banyak untuk mengevakuasi bangkai kapal dan jenazah-jenazah korban yang tenggelam di kedalaman Danau Toba.
Sepak terjang Basarnas sendiri sejatinya sudah diakui dunia internasional. Pada pertemuan SAR level Asia Pasifik di Australia 2015 lalu, Basarnas dinobatkan sebagai salah satu satuan terbaik dalam operasi SAR di dunia.
Bahkan, dengan peringkat penilaian di atas 90, Basarnas berdiri sejajar tim-tim SAR dari berbagai dunia, sebut saja Amerika Serikat (AS), Kanada, hingga Tiongkok.
"Sementara untuk negara-negara di Asia seperti Singapura dan Malaysia, Basarnas masih di atasnya," tutur Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI (Purn) Felicianus Henry Bambang Soelistyo, ditulis Kompas saat itu.
Dari kami untuk seluruh keluarga korban JT 610 (Audrey/era.id)