'Menua Bersama di Kereta', Kamu dan Segala Kenangan Bersama Prameks Jogja-Solo

| 11 Feb 2021 21:04
'Menua Bersama di Kereta', Kamu dan Segala Kenangan Bersama Prameks Jogja-Solo
KA Prameks (Dok. Wikipedia)

Seperti KRL Jakarta-Bogor, KA Prameks juga sudah terlanjur ada di hati para komuter Jogja-Solo selama bertahun-tahun

ERA.id - Beroperasi sejak Mei 1994, KA Prameks resmi berhenti beroperasi melayani rute Jogja-Solo PP pada Rabu (10/2) malam dan selanjutnya digantikan Kereta Rel Listrik (KRL).

Kereta Prameks terkahir yang berangkat dari stasiun Solo Balapan pada Rabu malam petang pukul 18.35 mendapatkan penghormatan dari para kru PT KAI dan Pramekers (komunitas pelanggan KA Prameks).

Kereta Prambanan Ekspres atau sering disingkat Prameks menjadi bagian perjalanan hidup untuk sebagian orang. Banyak orang yang memiliki cerita menggunakan kereta komuter ini selama bertahun-tahun.

Salah satunya Krishna Arie Winarta (45), warga Purwosari, Solo. Ia sudah menjadi pengguna Prameks setiap hari sejak tahun 2011. Krishna menggunakan KA Prameks setiap hari karena harus bekerja tiap hari kawasan Magelang.

”Dulu saat saya masih belum menikah dua hingga tiga kali dalam seminggu. Setelah menikah pada tahun 2011, saya tiap hari pulang pergi Solo-Jogja naik prameks,” katanya saat dihubungi Kamis (11/2).

Selama menjadi komuter KA Prameks, Krishna mempunyai banyak kawan. Ia mengibaratkan sudah menua bersama di KA Prameks. Dari pertemanannya dengan sesama komuter Solo-Jogja dirinya bahkan selalu update dengan kabar terkait KA Prameks.

”Saya bisa kenal dengan teman-teman sesama pelaju. Bahkan terkadang saya hafal mana yang pelaju harian dan sudah lama, mana yang masih baru, termasuk saya hafal kalau dia naik hanya sesekali saja,” katanya.

Banyak cerita yang menurut Krishna tak bisa dilupakan karena bertahun-tahun menaiki KA Prameks. Dia sudah menjadi saksi hidup kenaikan tarif KA Prameks, mulai dari Rp6 ribu menjadi Rp10 ribu, kemudian naik menjadi Rp20 ribu dan akhirnya turun lagi jadi Rp8 ribu.

”Kami sempat demo saat itu, baik ke DPRD Solo, DPRD Yogyakarta hingga ke PT KAI Daop 6 Yogyakarta,” katanya.

Banyak momen yang tak bisa dilupakannya saat naik dengan KA Komuter ini. Mulai dari kecelakaan KA di Maguwo, hingga kenangan bisa makan di KA Prameks. Bahkan ada cerita dimana para Pramekers ini membawa durian dan makan bersama di dalam kereta.

KRL Solo-Jogja (Dok. PT KCI)

”Karena peristiwa itu akhirnya ada larangan membawa duren ke dalam KA Prameks. Padahal saat itu bawanya enggak banyak, paling hanya tiga toples seukuran kardus rokok itu,” katanya.

Selain itu, dulunya pembelian tiket KA Prameks harus dilakukan pada pagi hari. Pembelian tiket go show dengan sistem ini sebelum ada aplikasi KAI Access. Padahal bagi pekerja, membeli tiket dengan metode go show seperti itu sangat sulit.

”Kami nggak ada waktu. Akhirnya ada teman di komunitas namanya Pak Totok dan Pak Wisnu yang biasanya berangkat pagi dan membelikan tiket untuk teman-teman. Biasanya saat harga tiket Rp8 ribu, kami keluarkan uang Rp10 ribu. Sisa uangnya kami gunakan untuk Gathering dengan teman-teman komunitas,” katanya.

Bahkan saking sudah akrabnya dengan kereta ini, mereka sudah saling kenal dengan para kondektur hingga Polsuska. Ketika merasakan AC di kereta kurang dingin, mereka bahkan bisa meminta agar AC bisa diturunkan suhunya. 

"Kalau AC terlalu panas, kami bisa minta didinginkan. seperti itu sering terjadi. Tapi kalau di KRL ini kan nggak bisa," katanya.

Kini KA Prameks sudah diganti dengan Kereta Rel Listrik (KRL). Krishna dan teman-temannya merasa naik Prameks lebih nyaman karena ada suasana yang tidak bisa dihadirkan saat naik KRL. 

”Kalau Prameks kan kursinya seperti kereta biasa. Tapi kalau KRL kan kursinya menyamping,” katanya.  

Krishna hanya berharap KRL ini bisa memberikan jadwal lebih sering dibandingkan KA Prameks. Saat ini jadwal KRL yang tersedia, masih hampir sama dengan jadwal Prameks. ”Kalau KRL yang Jakarta itu tiap 15 menit ada. Kami juga berharap sama,” katanya.

KA Prameks pun kini masih ada meskipun hanya melayani rute Kutoarjo-Yogyakarta PP.

Rekomendasi