Taliban kemudian mengklaim berada di balik serangan. Serangan tersebut, dikatakan Taliban adalah reaksi atas kampanye Malala memperjuangkan hak bersekolah dan pendidikan bagi anak-anak dan perempuan di tempat kelahirannya, Pakistan.
Perjuangan Malala untuk pendidikan di Taliban dimulai sejak usia 11 tahun. Saat itu, Malala yang menggunakan nama samaran Gul Makai --atau bunga jagung dalam bahasa Urdu-- mulai menulis blog untuk BBC.
Lewat tulisannya, Malala menceritakan ketakutannya terhadap Taliban yang melarang perempuan-perempuan sebayanya bersekolah. Malala yang memiliki impian besar untuk mengenyam pendidikan pun bersuara lewat BBC soal keinginannya membantu menghadirkan pendidikan di Pakistan.
Tulisan Malala itu berhasil menyita perhatian dunia, hingga New York Times membuat film dokumenter tentang perjuangannya.
Setelah berhasil diselamatkan dari kondisi kritis akibat serangan itu, Malala diterbangkan ke luar Pakistan untuk menjalani serangkaian operasi. Sejak saat itu, Malala tak pernah lagi menyentuh tanah Pakistan.
Kini, di usianya yang ke-20 tahun, Malala kembali ke Pakistan. Pekan lalu, lewat akun Twitter @Malala, aktivis muda itu mengungkap kerinduan pada tanah airnya.
"Pada hari ini, aku merayakan kenangan indah tentang rumah, memainkan kriket di atas atap dan menyanyikan lagu kebangsaan di sekolah. Selamat Hari Pakistan!" tulisnya, sebagaimana dilansir Antara, Kamis (23/3).
-
Lifestyle23 Jul 2024 20:50
8 Kebiasaan Boros Listrik Ini yang Harus Dihindari
-
Daerah31 Jan 2023 06:05
Polusi Cahaya Jadi Ancam Pengamatan Langit Bagi Para Astronom