ERA.id - Namanya adalah Mujirun. Ia adalah engraver asal Jogja atau pengukir dan pelukis gambar yang melegenda. Karyanya yakni Soeharto yang sedang tersenyum di uang kertas Rp50 ribu yang lama. Masih ingat?
Engraver adalah profesi yang sangat langka di Indonesia. Konon, engraver di Indonesia hanya sedikit. Bahkan dari berbagai sumber, jumlahnya tidak lebih dari 10 orang. Mujirun masuk dalam angka yang sedikit tersebut.
Mujirun sebelumnya bekerja di Perum Peruri. Usai pensiun, ia masih tetap meneruskan profesinya sebagai engraver. Uniknya, profesi Mujirun sebagai seorang pelukis mata uang kertas, turut membantu pengamanan mata uang. Bayangkan saja jika memegang uang, dan uang kertas tersebut kasar dan gambarnya timbul. Jika tidak?
Nah, gambar yang dihasilkan Mujirun dalam sebuah mata uang kertas harus gambar yang realis dengan garis-garis yang rumit. "Kalau jumlahnya 10 atau 12 orang itu masih terlalu banyak. Yang saya tahu mungkin kurang dari itu engraver di Indonesia," ungkap Mujirun dikuitp dari detikcom, 2016 lalu.
Pria asli Melikan Kidul, Bantul itu mengawali sebagai seorang engraver ketika lulus Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) di Yogyakarta tahun 1979.
Usai lulus, ia langsung direkrut oleh Peruri (Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia-red) yang datang langsung ke sekolah dan mencari lulusan yang akan dididik menjadi seorang engraver. "Setelah lolos, saya kemudian diminta belajar engraver di Italia, Swiss untuk belajar teknik-teknik engrave untuk mata uang," katanya.
Untuk menyelesaikan satu lukisan untuk satu mata uang kertas dibutuhkan waktu 4-6 bulan lamanya. "Lama proses pembuatan gambarnya, harus benar-benar sempurna dan teliti. Untuk mengecek, saya juga harus memakai kaca pembesar," katanya.
Ketika menggambar di sebuah bidang berupa plat alumunium ukuran 10x15 senti, harus dengan hati-hati, pelan-pelan dan teliti. Tidak boleh ada garis yang salah. "Sebab kalau salah, itu sama saja gagal dan tidak dipakai. Kemudian harus diulang dari awal lagi," katanya.
Karyanya bukan cuma pada uang Rp50 ribu tahun 1985 seri Presiden Soeharto yang tersenyum, ada juga pada Rp1.000, yakni gambar tokoh pahlawan Sisingamangaraja XII tahun 1987.
Selain itu gambar satwa Rusa Cervus Timorensis pecahan Rp 500 tahun 1988. Gambar Gunung Anak Krakatau Rp 100 tahun 1991. Gambar tokoh pahlawan pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro Rp 20.000 tahun 1998, Kapitan Pattimura Rp 1.000 tahun 2001, Tuanku Imam Bonjol Rp 5.000 tahun 2001, Otto Iskandar Di Nata pecahan Rp 20.000 tahun 2004 dan I Gusti Ngurah Rai Rp 50.000 tahun 2009.
"Pecahan Rp 50.000 tahun 2009 itu yang terakhir karena setelah itu saya sudah pensiun," katanya.
Setelah pensiun dari Peruri, dia tetap melanjutkan profesinya sebagai seorang engraver. Di sela-sela kegiatannya di rumah dia masih mengerjakan beberapa gambar tokoh-tokoh di Indonesia seperti mantan Presiden SBY dan Mari Elka Pengestu.