ERA.id - Tingginya intensitas curah hujan dalam beberapa hari terakhir dan tidak optimalnya pompa di sejumlah rumah pompa, menambah derita warga Kota Semarang karena banjir.
Setidaknya tercatat 29 titik banjir pada 10 kecamatan di kota yang letak geografisnya merupakan perpaduan daerah perbukitan dan dataran rendah atau pesisir pantai.
Di sana, ratusan rumah warga dilanda banjir dengan ketinggian genangan air antara 30 sentimeter hingga 2 meter.
Selain pemukiman warga, banjir juga menggenangi Rumah Sakit Islam Sultan Agung dan simpul-simpul transportasi seperti Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, serta Stasiun Tawang sejak Sabtu (6/2/2021).
Seluruh pasien di rumah sakit tersebut terkonfirmasi aman dan menjalani perawatan di lantai 2, 3, dan 4 karena seluruh lantai 1 terendam banjir. Selain itu, terjadi kemacetan di jalur pantura di Kota Semarang akibat beberapa ruas jalan tergenang air banjir.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang melakukan inspeksi pada Minggu (7/2/2021) mendapati tidak optimalnya pengoperasian pompa penyedot banjir di Rumah Pompa Mberok, Kota Semarang.
Dari tiga unit pompa yang terpasang, hanya ada satu pompa yang dioperasikan karena terkendala masalah administratif antara Pemerintah Kota Semarang dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Menurut orang nomor satu di Jateng itu, dalam kondisi darurat harus dilakukan tindakan cepat, termasuk pengoperasian pompa secara optimal agar genangan air cepat surut.
Politikus PDI Perjuangan itu menegaskan tidak boleh ada alasan administratif untuk menunda penanganan bencana.
Kepala UPTD Pengelolaan Pompa Banjir Wilayah Tengah Dua DPU Kota Semarang Yoyok Wiratmoko membenarkan bahwa alasan tidak difungsikannya semua pompa di lokasi itu karena memang belum ada serah terima secara resmi.
"Itu yang mengerjakan adalah Kementerian PUPR, dan belum diserahkan ke Pemkot Semarang. Jadi untuk mengoperasikannya, itu masih di ranah PUPR, tapi kami sudah melakukan komunikasi," katanya. Rumah Pompa Mberok memang menjadi tumpuan utama penanganan banjir di Kawasan Kota Lama, Kota Semarang.
Didatangi Risma
Banjir di Kota Semarang juga secara tidak langsung mengundang tiga menteri untuk hadir melihat langsung penanganan pascabencana dan para korban yang menderita kerugian dalam jumlah tidak sedikit.
Ketiga menteri itu adalah Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, serta Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Saat mendatangi dapur umum dan korban banjir di Perumahan Tlogosari Semarang, Mensos bahkan harus memohon dan mengiba kepada petugas BBWS Pemali Juana untuk mengoperasikan seluruh pompa di Rumah Pompa Sungai Tenggang guna mempercepat surutnya genangan air.
Dalam sambungan telepon, Mensos mendengar penjelasan beberapa unit pompa penyedot dimatikan untuk proses pendinginan setelah sebelumnya dioperasikan, namun dari keterangan petugas lainnya mengaku ada pemadaman listrik.
"Tolong (pompanya, red) dinyalakan semua Pak, ini masih ada genangan, biar cepat surut, terlalu lama ini kasihan warga," ujar mantan Wali Kota Surabaya itu pada Minggu (7/2) malam.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebut kapasitas pompa-pompa air pengendali banjir di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah itu harus ditambah karena sudah tidak mampu mengimbangi perkembangan iklim yang luar biasa. Lagipula menurutnya kapasitas pompa yang dipunyai saat ini hanya cukup untuk mengantisipasi limpahan air kalau curah hujannya seperti 2013 lalu.
"Evaluasi lain dari banjir yang melanda Semarang adalah rehabilitasi drainase yang dinilai sudah tidak mampu menampung air dengan curah hujan ekstrem," ujarnya.
Menurut Hendi, sapaan akrab Wali Kota Semarang, hal tersebut akan menjadi program prioritas ke depan, di samping normalisasi sungai dan pembangunan tanggul laut yang dilaksanakan Kementerian PUPR.
Pemkot Semarang juga memprioritaskan penambahan daya tampung saluran serta berharap pada percepatan normalisasi, termasuk pembangunan tanggul laut dari pemerintah pusat.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca ekstrem saat musim hujan di wilayah Provinsi Jawa Tengah masih dimungkinkan terjadi hingga Maret 2021, sedangkan puncak musim hujan diprakirakan terjadi pada Januari-Februari 2021.