ERA.id - Inspektur Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didid Noordiatmoko, pada Sabtu silam, di Sumatera Selatan, menyoroti tindakan masyarakat saat menghadapi kelangkaan minyak goreng.
Nyatanya memang di beberapa tempat, membeli minyak goreng sudah seperti mengantre mendapatkan bantuan sosial. Sangat panjang dan kerap berebutan, siapa cepat dia dapat. Ironi bukan?
Saat ditanya soal kelangkaan minyak goreng, Didid mengaku masalahnya sangat kompleks, persoalan dari hulu hingga ke hilir.
Ia bilang, pemerintah secara bertahap menyelesaikan persoalan produksi hingga distribusi minyak goreng.
Semuanya agar minyak goreng dapat diperoleh dengan mudah dengan harga yang terjangkau di masyarakat.
Tetapi muncul persoalan baru yang merupakan dampak dari kenaikan harga dan kelangkaan barang yakni panic buying.
Lantaran sempat kesulitan mendapatkan minyak goreng dengan harga yang terjangkau, membuat masyarakat membeli lebih alias menimbun minyak goreng ketika mendapatkan kesempatan.
Padahal hasil riset menyebutkan kebutuhan minyak goreng per orang hanya 0,8-1 liter per bulan. Artinya, kini banyak rumah tangga menyetok minyak goreng.
“Tapi ini baru terindikasi,” kata dia.
Sembari menunggu stabilnya antara permintaan dan ketersediaan barang ini, pemerintah akan menggelar operasi pasar di setiap kabupaten/kota di Sumsel mulai pekan depan.
Dalam operasi pasar ini masyarakat dapat membeli minyak goreng dengan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET), untuk minyak goreng kemasan premium Rp14.000 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp13.500 per liter, dan minyak curah Rp11.500 per liter.
Kami juga pernah menulis soal Polres Lebak Tahan Penimbun 24.000 Liter Minyak Goreng, Sebagian Barang Bukti Akan Didistribusikan ke Masyarakat Kamu bisa baca di sini
Kalo kamu tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya!