Pria Berisiko Tinggi Terkena Penyakit Aorta daripada Perempuan, Kenapa?

| 03 May 2024 20:15
Pria Berisiko Tinggi Terkena Penyakit Aorta daripada Perempuan, Kenapa?
Ilustrasi pria dan penyakit aorta (Unsplash)

ERA.id - Dibandingkan perempuan, pria rupanya lebih berisiko terkena penyakit aorta. Bahkan faktor risiko itu menjadi yang sulit dihindari setelah faktor usia. Lantas, mengapa demikian? 

Aorta sendiri merupakan pembuluh darah terbesar yang ada di tubuh manusia. Fungsinya cukup vital, karena memasok aliran darah ke hampir semua bagian tubuh. 

Penyakit aorta biasanya dapat ditandai dengan pembuluh darah yang tersumbat atau menggelembung dan umumnya menimbulkan gejala di bagian dada hingga perut. 

Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, penyakit aorta bisa berakibat fatal dan mengancam nyawa. 

Terkait dengan jenis kelamin pria yang berisiko tinggi terkena penyakit aorta, menurut laporan Heartology Hospital pada 2018 hingga 2021, sekitar 78,4 persen pasien dengan penyakit aorta terdiri dari pria. 

Konsultan intervensi kardiovaskular dari Heartology Hospital, dr. Suko Adiarto mengatakan, alasan pria lebih berisiko terkena penyakit ini karena pria tidak memiliki hormon estrogen seperti perempuan. 

"Hormon estrogen pada perempuan sifatnya protektif pada pembuluh darah. Pada usia produktif, perempuan lebih jarang terkena penyakit ini," jelasnya di Jakarta, baru-baru ini. 

Tetapi kata dokter Suko, pada perempuan yang memasuki fase menopause, risiko penyakit aorta pada perempuan sama tingginya dengan pria. 

Hal ini disebabkan oleh produksi hormon estrogen yang berkurang banyak sehingga memengaruhi efek perlindungan pada pembuluh darah. 

Salah satu jenis penyakit aorta yang sering ditemukan adalah aneurisma aorta atau biasa disebut dengan pelebaran abnormal pada dinding aorta. 

Pelebaran ini perlu diwaspadai karena dapat pecah sewaktu-waktu hingga memicu pendarahan dan syok. 

Dinding aorta yang pecah juga mengakibatkan pembuluh darah yang membuat pasien kritis hingga kematian. 

Maka dari itu, dokter Suko mengingatkan agar masyarakat melakukan screening jika memiliki faktor risiko tinggi penyakit aorta. 

Ada pun sejumlah faktor risikonya selain jenis kelamin pria adalah sindrom marfan, hipertensi, kebiasaan merokok, penyakit diabetes hingga pernah melakukan operasi pembuluh darah. 

Rekomendasi