ERA.id - Kaum kulit hitam di Amerika Serikat yang di umur 10-15 tahun mengaku mengalami diskriminasi ras ternyata memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi di antara sebayanya ketika mereka berumur 20an tahun. Hal ini berakibat pada tanda-tanda penuaan diri yang tercermin lewat sampel darah mereka.
Penelitian yang dinamakan The Family and Community Health Study (FACHS) ini dimulai pada tahun 1996 dan mengikuti perkembangan 800 keluarga Afro-Amerika di Amerika Serikat. Pada tahun 2020 mereka merilis data yang didapat selama 25 tahun terakhir.
Hasil analisa FACHS, yang berisi akademisi lintas ilmu, memperkuat pendapat bahwa warga kulit hitam Amerika "hidupnya lebih menderita dan mati lebih muda".
"Pengalaman berada di dalam tekanan yang konstan akibat rasisme membuat tubuh cepat lelah, sehingga (rasisme) 'meresap ke pori-pori tubuh' dan berdampak pada kesehatan," kata Sierra Carter, peneliti Universitas Georgia yang jadi bagian dalam penelitian FACHS, dalam opininya di koran The Guardian.
Diinisiasi oleh Iowa State University dan University of Georgia, penelitian FACHS sejak awal ingin mencaritahu bagaimana tekanan sosial, situasi tempat tinggal, dan faktor-faktor lainnya berdampak pada hidup orang tua dan anak-anak dari kalangan kulit hitam. Didanai oleh Institut Kesehatan Nasional (NIH) AS, penelitian ini menjadi penelitian terbesar terhadap kaum Afro-Amerika.
Setelah rutin mengumpulkan data kuesioner setiap 2 atau 3 tahun sekali, pada 2015 tim FACHS mulai mengambil sampel darah guna mengukur risiko penyakit jantung dan diabetes yang dimiliki para responden.
Temuan tim tersebut adalah bahwa umur biologis seluler seseorang jauh di atas umur kronologisnya. Sehingga, misalnya, seorang pemuda berusia 25 tahun ternyata memiliki kondisi tubuh yang menerupai orang yang beberapa tahun di atasnya. Yang lebih penting, studi FACHS menemukan bahwa pengalaman diskriminatif memiliki hubungan timbal-balik yang erat dengan situasi individual ini.
"Beberapa proyek ke depan kami bakal difokuskan untuk meneliti bagaimana penuaan dini berlangsung. Kami juga akan melihat apa pengaruh pola pikir yang resilien dan penanganan segera di masa kecil bisa mencegah menurunnya taraf kesehatan kaum kulit hitam di AS," kata Sierra.