Pulih dari COVID-19, Pasien Punya Imunitas VIrus Selama 5 Bulan: Studi PHE

| 14 Jan 2021 14:30
Pulih dari COVID-19, Pasien Punya Imunitas VIrus Selama 5 Bulan: Studi PHE
Seseorang memakai masker di tengah pandemi COVID-19 di Brazil. (Foto: Caglar Oskay/Unsplash)

ERA.id - Kebanyakan orang yang berhasil sembuh dari infeksi Coronavirus Disease (COVID-19) kecil kemungkinan mengalami reinfeksi dalam waktu 5 bulan berikutnya, demikian sebut sebuah penelitian yang melibatkan 20.000 tenaga kesehatan di Inggris.

Penelitian, yang dirilis di situs medRxiv, Kamis, (14/1/2021), menyebutkan bahwa respons imun akibat infeksi COVID-19 menurunkan kemungkinan infeksi ulang hingga 53 persen untuk lima bulan berikutnya.

Untuk diketahui, pada tahun lalu, pakar kesehatan sempat mempertanyakan kenapa pasien-pasien COVID-19 terinfeksi kembali oleh virus SARS-CoV-2, yang menandakan tubuh manusia tidak terpacu untuk bertahan terhadap virus itu.

Penelitian dari Inggris in pun meredakan kekhawatiran tersebut. Susan Hopkins, penasihat kedokteran senior di Public Health England, menyatakan bahwa studi berjudul 'SIREN' memiliki data bahwa kekebalan yang muncul akibat infeksi sama kuatnya dengan kekebalan yang dipacu oleh vaksinasi.

Penelitian tersebut mengatakan bahwa infeksi ulang sangat jarang terjadi. Frekuensinya hanya kurang dari 1 persen dari 6.600 partisipan yang kesemuanya telah terinfeksi COVID-19.

Namun, mereka yang akhirnya terinfeksi ulang ternyata membawa virus dalam jumlah banyak di hidung dan tenggorokannya bahkan ketika mereka tak menunjukkan gejala infeksi apapun, demikian disampaikan Hopkins. Kuantitas virus yang sebanyak itu membuat pasien reinfeksi COVID-19 bisa menularkan virus ke orang lain.

"Infeksi ulang sangat jarang terjadi. Itu berita baiknya," kata pakar kekebalan tubuh dari University of Philadelphia, John Wherry.

"Namun, Anda (yang telah sembuh dari COVID-19) tak boleh lantas berkeliaran tanpa menggunakan masker."

Melansir Nature, SIREN adalah penelitian paling luas mengenai kasus reinfeksi korona yang memperhatikan skrining untuk pasien tanpa gejala. Para peserta studi menjalani uji darah untuk mengecek antibodi SARS-CoV-2, dan tes PCR untuk mengecek keberadaan virus, setiap empat pekan sekali.

Meski meneliti kemungkinan reinfeksi COVID-19, penelitian ini tidak mempelajari apakah gejala di kasus infeksi kedua lebih berat dari saat infeksi pertama. Namun, sebut Hopkins, hanya 30 persen pasien reinfeksi yang melaporkan adanya gejala, lebih rendah bila dibandingkan dengan 78 persen partisipan di infeksi pertama.

Rekomendasi