ERA.id - Sampel darah dari para penerima vaksin COVID-19 Pfizer dan Moderna memiliki bukti kuat bahwa kedua vaksin mampu membangun kekebalan tubuh terhadap infeksi varian baru virus penyebab COVID-19.
Melansir CNN, Kamis (21/1/2021), dua tim peneliti mengetes dua varian baru virus COVID-19 terhadap sampel darah orang-orang yang selesai divaksin, alias mendapat 2 dosis suntikan.
Kedua varian virus tersebut - yang satu muncul di Inggris, dan satu lagi di Afrika Selatan - sebenarnya punya kemungkinan besar lolos dari imun tubuh hasil vaksinasi. Namun, ternyata kemungkinan itu tidak sampai 100 persen lolos, sebut kedua tim dalam laporan yang berbeda.
Satu tim yang dipimpin Dr Michel Nussenzweig dari Rockefeller University melakukan pengetesan sampel darah 20 orang yang telah mendapat dua dosis vaksin COVID-19. Mereka entah mendapatkan vaksin Pfizer/BioNTech atau Moderna.
Temuan tim Michel menunjukkan bahwa kedua vaksin sama-sama memicu respons antibodi yang kuat. Selain itu, sel yang memproduksi antibodi baru untuk jangka panjang, ternyata juga menguat.
Mutasi yang ada di varian baru memang berhasil membuat virus itu lolos dari beberapa antibodi, namun, tulis tim Michel, tubuh para relawan memproduksi berbagai jenis antibodi terhadap virus.
"Ketika sejumlah antibodi bercampur jadi satu, maka kumpulan antibodi itu mampu menangani varian virus," kata Michel.
Ia menambahkan, "Yang kita inginkan dari vaksin ini adalah menghindarkan orang sakit parah dan harus dibawa ke rumah sakit. Kedua vaksin (Pfizer dan Moderna) sangat mungkin melakukan hal tersebut."
Michel tetap mengatakan bahwa pada saatnya vaksin COVID-19 perlu diperbarui agar lebih siap menghadapi varian virus. Namun, di kasus vaksin Pfizer dan Moderna, teknologi mRNA yang dipakai bisa diubah dalam waktu cepat.
"Apakah vaksin ini perlu diperbarui? Mungkin. Tapi bukan berarti saat ini vaksin tersebut tidak efektif."