ERA.id - Skema vaksin yang dipimpin bersama oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sedang menyiapkan dana kompensasi untuk warga di negara-negara berpenghasilan rendah yang mengalami efek samping dari vaksinasi COVID-19.
Mekanisme ini dimaksudkan untuk menghindari terulangnya penundaan vaksinasi seperti pada saat pandemi flu babi H1N1 lalu. Kala itu vaksinasi tertunda karena banyak negara berpenghasilan rendah yang tidak mewajibkan warganya mendapat suntikan vaksin.
Skema pendanaan untuk vaksinasi COVID-19 disiapkan oleh promotor fasilitas vaksin COVAX, yang dipimppin WHO bersama aliansi vaksin global GAVI, seperti disebutkan dalam dokumen COVAX yang diterbitkan pada Kamis (29/10/2020).
COVAX sendiri berupaya mendistribusikan setidaknya 2 miliar dosis vaksin ke seluruh dunia pada akhir tahun depan.
Skema pendanaan yang terbaru ini nantinya akan membayar tagihan 92 negara berpenghasilan rendah, sebagian besar di Afrika dan Asia Tenggara, sehingga pemerintah negara tersebut akan dikenai sedikit biaya, atau tanpa biaya, atas klaim yang diajukan pasien jika terjadi efek samping yang tak terduga akibat vaksin yang didistribusikan COVAX.
Namun, pendanaan ini tidak diperuntukkan bagi negara berpenghasilan menengah seperti Afrika Selatan, Libanon, Gabon, Iran dan sebagia besar negara Amerika Latin.
"Fasilitas COVAX sedang mengembangkan sistem untuk memberikan kompensasi kepada orang-orang di salah satu dari 92 negara yang menderita kejadian buruk yang serius yang tak teduga terkait dengan vaksin tersebut," kata COVAX.
Belum dijelaskan kriteria apa yang digunakan untuk memilih 92 negara itu.