ERA.id - Hari ini, 2 Maret 2021, tepat satu tahun sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya kasus COVID-19 pertama di Indonesia. Saat itu, ada dua orang dikabarkan positif terjangkit virus Corona.
Kini, setelah satu tahun berlalu, total kasus COVID-19 di Indonesia telah mencapai 1.341.314 orang dalam laporan terakhir pada Senin, 1 Maret 2021. Dari angkat tersebut, 1.151.915 orang berhasil sembuh. Sementara 36.325 orang tercatat meninggal dunia.
Saat kasus pertama diumumkan, pemerintah mengaku siap menangani pandemi COVID-19, baik dari infratruktur kesehatan hingga anggaran.
"Perlu saya sampaikan bahwa sejak awal pemerintah benar-benar mempersiapkan. Persiapan rumah sakit lebih dari seratus dengan ruang isolasi dengan standar isolasi yang baik," ucap Jokowi dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Senin, 2 Maret 2020.
"Kita juga miliki anggaran dan sudah diprioritaskan. Karena kalau tidak serius, ini sangat berbahaya karena penyakit ini perlu kita waspadai," imbuhnya.
Padahal, sebelumnya pemerintah bersikap jumawa. Bahkan beberapa menteri Kabinet Indonesia Maju sempat melontarkan kalimat-kalimat yang menyiratkan bahwa Indonesia bebas dari COVID-19.
Misalnya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang mengatakan COVID-19 tidak masuk ke Indonesia karena rakyatnya rajin makan nasi kucing. Bahkan Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebut salah satu penyebab belum adanya kasus positif virus Corona karena doa ulama yang selalu membaca doa qunut.
Tak Ada Lockdown, Hanya PSBB
Ketika sejumlah negara lain menerapkan lockdown atau karantina wilayah untuk menekan laju penularan COVID-19, Presiden Jokowi memilih mengambil langkah lain. Ya, pemerintah memutuskan tak ada lockdown di Indonesia.
Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020, Jokowi memutuskan Indonesia hanya memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Mantan Gubernur DKI Jakarta itu bahkan tegas melarang kepala daerah tak mengambil kebijakan lockdown.
"Ada pembatasan sosial, pembatasan lalu lintas itu pembatasan wajar karena pemerintah daerah ingin mengontrol daerahnya masing-masing. Tapi sekali lagi, tidak dalam keputusan besar, misalnya karantina wilayah dalam cakupan gede, atau (istilah) yang sering dipakai lockdown," kata Jokowi saat itu.
"Jangan membuat acara sendiri-sendiri sehingga kita dalam pemerintahan juga berada dalam satu garis visi yang sama," tegasnya.
Hingga saat ini pun, pemerintah enggan mengambil langkah lockdown. PSBB hanya berganti nama menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Berskala Mikro.
Alasannya, kata Jokowi, setiap negara memiliki karakter berbeda-beda. Memberlakukan lockdown dinilai tak cocok dengan karakter Indonesia.
"Setiap negara memiliki karakter, budaya, kedisiplinan yang berbeda-beda, oleh itu kita tidak memilih jalan itu (lockdown)," kata Jokowi.
Berbagai Kebijakan dan Kasus yang Kian Melonjak
Setelah memberlakukan PSBB, pemerintah kemudian banyak menggulirkan kebijakan-kebijakan serta kampanye-kampanye tentang pencegahan COVID-19.
Di sisi kesehatan, pemerintah mulai melakukan kampanye 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan air, dan menjaga jarak) secara masif, mendirikan rumah sakit darurat, melakukan 3T (testing, tracing, treatment), hingga mendatangkan vaksin COVID-19.
Namun berbagai kebijakan itu masih tak cukup menghentikan penularan COVID-19 di Indonesia. Beberapa kali angka kasus justru melonjak, terlebih usai libur panjang. Terakhir, di awal tahun 2021, kasus positif di Indonesia mencapai angka satu juta, dan jumlah kasus harian mencapai 13 ribum
Setahun pandemi COVID-19 melanda, masih ada 36 ribu lebih meninggal dunia. Sedangkan kasus baru masih mencapai lebih dari 5 ribu setiap harinya.