ERA.id - Seorang pramugara gay asal Kanada, Gaetan Dugas, pada 1987 - tiga tahun setelah kematiannya - tiba-tiba menjadi kambing hitam atas wabah HIV/AIDS yang sedang merebak di seluruh Amerika Serikat.
Sudah terpatri di benak masyarakat, tak disangka bahwa semua itu berawal dari seorang reporter yang keliru membaca laporan ilmiah, dan media yang lantas menggaungkan hal-hal sentimentil tentang Dugas hingga ia menjadi 'musuh terbesar' masyarakat AS kala itu.
Di pertengahan dekade 1980an, warga AS sudah menyadari ada 'teror' yang menyelimuti keseharian mereka. Kala itu kabarnya orang-orang jatuh sakit karena sebuah penyakit yang aneh. Seperti diberitakan National Public Radio (NPR) pada 2016, dokter-dokter di dekade itu masih menganggap penyakit aneh ini disebabkan oleh zat kimia berbahan dasar nitrat, dinamai "poppers", yang sering dihirup anak muda AS di kala senggang.
Banyak pula yang mengira, seperti dilaporkan koran the New York Times kala itu, bahwa "menerima terlalu banyak sperma dari berbagai pasangan yang berbeda bisa melemahkan sistem daya tahan tubuh."
Kala itu, seorang ahli perilaku manusia William Darrow telah bekerja sebagai ilmuwan junior di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Ia pun juga diserahi tugas mencari tahu penyakit aneh itu. Pada 1981 Darrow mulai mendengar rumor bahwa para penderita AIDS pertama di AS menyukai satu sama lain, meski mereka semua sama-sama kaum lelaki. Dari situlah Darrow mendapatkan indikasi bahwa penyakit yang menyerang kekebalan tubuh ini - belakangan dinamai sebagai acquired immune deficiency syndrome (AIDS) - menular lewat hubungan seksual.
Darrow lalu mewawancarai para pasien dan menanyakan seberapa aktif mereka secara seksual. Tiga pria, seperti diakui Darrow, lantas mengaku sama-sama kenal dengan seorang pria yang sosoknya demikian: ia berasal dari Kanada, menjadi pramugara maskapai Air Canada dan "sangat ganteng", seperti diakui para pria yang mengenalnya.
Si pramugara Kanada itu bernama Gaetan Dugas.
Menulis laporan penelitiannya di kantor CDC, Darrow tidak menyebutkan nama masing-masing pasien AIDS. Alih-alih, ia memakai pengistilahan sesuai kota asal tiap pasien. Misal, LA1, LA2, dan seterusnya untuk para pasien yang berasal dari Los Angeles (LA).
Ketika ditanyai soal apa inisial Dugas yang berasal dari Kanada, Darrow, berbicara ke NPR, mengatakan. "Pasien O, artinya dari luar California (Outside-of-California)."
Darrow dan koleganya lantas merilis laporan tersebut pada Maret 1984 dengan sodoran kesimpulan bahwa AIDS menular secara seksual. Pada bulan yang sama Gaetan Dougas meninggal dunia karena gagal ginjal yang diperparah oleh HIV/AIDS.
"Namun, tiga tahun kemudian, pada tahun 1987, Dugas seperti hidup kembali," kata Phil Tiemeyer, seorang sejarawan dari Kansas State University.
Gara-Gara Salah Kaprah
Pada tahun itu seorang reporter asal San Francisco bernama Randy Shilts menerbitkan buku berjudul And the Band Played On, di mana sosok Dugas turut pula diceritakan sebagai salah satu tokoh cerita. Buku itu menceritakan bagaimana awal mulanya epidemi AIDS di Amerika Serikat.
"Di titik inilah, Dugas beralih dari Pasien O menjadi Pasien Zero, atau sumber dari epidemi AIDS," kata Tiemeyer.
Pada dasarnya, label 'Pasien O' yang diberikan kepada Dugas disalahartikan menjadi 'Pasien 0' atau Pasien Nol, yang mengindikasikan orang pertama yang menyebarkan virus HIV di Amerika Serikat. Meski begitu, Shilts menangani label ini dengan cukup hati-hati. Di bukunya ia menulis bahwa soal apakah Dugas membawa AIDS ke AS itu "sesuatu yang bisa didebatkan", namun, setidaknya ia punya "peran penting" atas penyebaran penyakit ini di Negeri Paman Sam.
Namun, salah kaprah ini bergulir menjadi gelombang miskomunikasi ketika ditangani oleh media-media cetak di Amerika Serikat. Misalnya, tabloid the New York Post pernah memuat judul "The Man Who Gave Us AIDS" pada cerita yang membahas sosok Dugas. Bahkan majalah Time pun memuat sebuah artikel yang turut menyebut Dugas sebagai "pasien pertama" AIDS.
"Sejak saat itu, sosok Dugas terkunci dalam ingatan masyarakat luas sebagai si Pasien Pertama - sumber penularan HIV di kawasan Amerika Utara dan kambing hitam bagi pandemi yang mengerikan itu," tulis NPR menyitir perkataan Tiemeyer.
Sebuah film buatan HBO, rilis tahun 1993, makin memperkuat anggapan bahwa Dugas menyebabkan epidemi AIDS di AS.
"Sosok Gaetan Dugas punya segala macam sifat yang dicari masyarakat Amerika di tengah krisis AIDS," kata Tiemeyer. "Ia gay dan mengakuinya secara terus terang. Ia ganteng. Ia juga orang asing yang berbicara dengan aksen yang membangkitkan gairah. Ia sungguh-sungguh cocok bila dijadikan sebagai musuh masyarakat."
Namun, tak semua orang percaya pada rumor dan praduga tersebut. Pada 26 November 2016 sebuah tim peneliti dari Universitas Arizona melakukan sekuensing genom virus HIV yang bercokol di tubuh Gaetan Dugas. Penelitian ini membuktikan banyak hal.
Pertama, para peneliti menunjukkan bahwa HIV sebenarnya telah ada di Amerika Serikat sejak tahun 1970 atau 1971, setelah dibawa seseorang dari Haiti. Selama bertahun-tahun virus ini tersebar tanpa diketahui di kawasan New York City, hingga akhirnya pada 1976 seseorang membawa virus ini ke San Francisco dan menjadi wabah besar, seperti dikatakan ahli biologi evolusioner Michael Worobey yang memimpin penelitian tersebut.
Kedua, penelitian ini seperti berhasil membersihkan nama Gaetan Dugas sebagai 'kambing hitam' krisis AIDS di AS. Dalam laporan itu, Dugas diceritakan memiliki karakter yang penuh karisma, ramah, dan enerjik. Bahkan sebelum ia meninggal, Dugas menyediakan diri membantu di LSM yang menangani para pasien HIV.
Dugas juga sangat berperan membantu dunia medis memahami wabah AIDS. Ia tak hanya terbang langsung ke kantor CDC di kota Atlanta untuk mendonasikan sampel darahnya, kata Darrow, namun, ia juga menyodorkan daftar panjang orang-orang yang kemungkinan besar terjangkit AIDS.
Riset Worobey menunjukkan bahwa di akhir dekade 1970an hampir 7 persen lelaki gay di kota New York City telah terinfeksi HIV, sementara hampir 4 persen kaum tersebut yang ada di San Francisco juga mengalami kondisi yang sama.
Ketika Dugas terinfeksi HIV, diperkirakan telah ada ribuan orang yang terinfeksi penyakit ini di AS. Worobey mengatakan bahwa sekuens genom HIV dari sampel darah Dugas sangat mirip dengan sekuens pasien lain, sehingga ia tak memiliki ciri yang khusus.
Penelitian Worobey pada 2016 pun menjadi argumen yang kuat bahwa Gaetan Dugas - si pramugara gay, yang aktif secara seksual dan secara terus terang mengakui orientasi seksualnya itu - bukanlah si Pasien Pertama yang menyebabkan wabah AIDS di Amerika Serikat.
"Bagi saya, rasanya senang bila kita bisa kembali ke masa lalu dan membenahi suatu catatan sejarah," kata dia. "Ia telah dipersalahkan atas sesuatu yang seharusnya tak ditujukan kepadanya."