ERA.id - Kerbau (kebo) bule Keraton Kasunanan Surakarta yang diberi nama Nyai Manis Sepuh mati di kandangnya di Sitinggil Kidul, Kompleks Alun-alun Kidul (Alkid). Nyai Manis Sepuh mati di usianya yang ke 35 tahun.
Nyai Manis Sepuh mati pada Rabu (11/11) pukul 07.00 WIB. Kerbau ini mati karena sakit radang asam lambung.
"Pemakaman dilangsungkan pada pukul16.00 WIB hari ini," ucap Abdi Dalem Srati Maheso (Abdi Dalem yang bertugas merawat kerbau) Heri Sulistyo saat ditemui di sela pemakaman, Rabu (11/11).
Nyai Manis Sepuh merupakan kerbau tertua dari 22 kerbau yang dimiliki Keraton Kasunanan Surakarta. Kerbau ini mati di usianya yang sudah mencapai 35 tahun.
Beberapa waktu lalu Nyai Manis Sepuh memiliki gejala sakit. Setelah diperiksa oleh dokter, kerbau ini memiliki sakit radang asam lambung.
"Dia memuntahkan makannya. Makanya sempat dipanggilkan dokter," ucapnya.
Kerbau tersebut kini dimakamkan di dekat kandangnya. Sebelum dimakamkan kerbau ini dimandikan dan dilapisi dengan kain kafan. Untuk prosesi pemakaman ada beberapa beberapa perlengkapan yang disertakan, yakni kembang dan dupa.
"Sebelum dimakamkan ada prosesi doa sekitar satu jam. Untuk proses pemakamannya memakan waktu dua hingga tiga jam," ucapnya.
Makam Nyai Manis Sepuh dipilih di dekat kandangnya. Pilihan lokasi ini karena dipercayai kerbau tersebut memilih tempatnya meninggal.
"Ya biasanya di dekat-dekat meninggalnya. Kalau kerbaunya besar baru dicarikan di tempat baru," ucap Heri.
Dengan meninggalnya Nyai Sepuh ini, kini hanya tinggal ada 21 kerbau yang dimiliki Keraton Kasunanan Surakarta. Kerbau ini dipisah dalam tiga kandang, kandang sisi barat ada 10 kerbau, kandang sisi timur ada tujuh kerbau dan sisi tengah ada empat kerbau.
"Kami pisah agar kerbau jantan tidak berantem," katanya.
Kematian Kerbau pusaka milik Keraton biasanya diyakini masyarakat Jawa khususnya warga Solo sebagai suatu pertanda yang kurang baik.