ERA.id - Sebanyak 98.708.207 warga Amerika Serikat telah memilih secara lebih awal dalam Pilpres AS 2020, seperti dilaporkan dalam situs resmi 2020 General Election Early Vote Statistics. Besaran partisipasi publik dalam menggunakan hak suaranya ditengarai lebih tinggi daripada ketika pilpres AS empat tahun lalu.
Per Senin (2/11/2020) waktu AS, tampak bahwa warga AS, di tengah pandemi COVID-19 yang memburuk di negara tersebut, memilih untuk menggunakan hak suara menggunakan metode mail-in ballot atau mengirimkan surat suara yang tercoblos via pos. Dari data yang telah dihimpun, ada 62.987.467 surat suara suara yang telah dikumpulkan.
Sementara itu, jumlah surat suara yang dikumpulkan secara langsung, atau disebut 'in-person votes', berjumlah 35.720.830 surat suara.
Ini artinya, pada Senin (2/11/2020) jumlah warga AS yang memilih secara lebih awal telah mencapai 71,6 persen dari total penggunaan hak pilih pada pilpres AS 2016. Suatu bukti bahwa tahun ini penggunaan hak suara di kalangan warga AS terbilang lebih tinggi dari empat tahun yang lalu.
Karena data pegumpulan surat suara hanya menghimpun data partai politik yang dianut, dan bukan kandidat yang dipilih, sulit menentukan kandidat presiden mana yang paling banyak dipilih oleh para pemilih awal, atau early voters. Namun, bila seseorang ingin mendapat gambaran mengenai siapa yang berpotensi terpilih jadi presiden AS saat ini, ia bisa melihat polling yang telah terjadi di AS.
Berdasarkan situs FiveThirtyEight, yang mengumpulkan data polling terkini di Amerika Serikat, per Senin (2/11/2020), tampak bahwa Joe Biden unggul 8,4 poin dibandingkan Donald Trump. Angka tersebut didapatkan dari merangkum seluruh hasil polling yang dilakukan oleh organisasi survei seperti YouGov hingga Ipsos.
Namun, seperti dipelajari AS pada pilpres tahun 2020 lalu, yaitu bahwa polling sebenarnya hanya memberi gambarakan akan himpunan suara individu, atau 'popular vote', sementara sistem pemilihan umum di AS menggunakan sistem 'electoral college'. Dalam sistem ini, satu individu warga AS tidak mengumpulkan surat suaranya ke penghitungan nasional, namun, ke distrik elektoralnya. Jadi, warga AS sebenarnya hanya menentukan siapa kandidat presiden yang diajukan oleh distrik elektoralnya.
Untuk memenangkan pilpres AS, seorang kandidat harus diajukan oleh minimal 270 distrik elektoral.
Kampanye-kampanye tiap pasangan capres-cawapres AS pun menggambarkan dinamika ini, yaitu perebutan distrik elektoral.
Misalnya, sehari sebelum pilpres AS, Joe Biden berkampanye di Pennsylvania dan Ohio, dua negara bagian yang dimenangkan oleh Donald Trump pada 2016 lalu sekaligus menjadi 'medan perang' politik empat tahunan. Pennsylvania dianggap krusial bagi Biden jika ingin menang pilpres. Apalagi, jika Biden berhasil merebut Ohio dari tangan Trump, maka kans yang ia miliki untuk menang pilpres kali ini akan makin besar.
Selain kedua negara bagian itu, ada beberapa negara bagian yang jadi perebutan suara elektoral kali ini, yaitu negara bagian Arizona, Georgia, Florida, Iowa, Michigan, Minnesota, Nevada, New Hampshire, North Carolina, Texas dan Wisconsin.