Terungkap: Kampanye Trump Pada 2016 Lakukan 'Profiling' Khusus Pada 3,5 Juta Warga Kulit Hitam AS

| 29 Sep 2020 07:55
Terungkap: Kampanye Trump Pada 2016 Lakukan 'Profiling' Khusus Pada 3,5 Juta Warga Kulit Hitam AS
Donald Trump (Fox8)

ERA.id - Data server kampanye digital Donald Trump saat pilpres 2016 mengategorikan 3,5 juta warga kulit hitam dan etnis minoritas lain sebagai 'Penghalang'. Kampanye diarahkan agar kelompok ini tidak pergi mencoblos di hari pemilihan umum.

Laporan mengenai data ini dirilis oleh Channel 4 News, Senin (28/9/2020). Tim investigasi media tersebut berhasil memperoleh basis data kampanye pilpres Donald Trump pada tahun 2016 lalu, yang isinya adalah detail pengkategorian dari hampir 200 juta warga Amerika Serikat.

Data tersebut terbagi ke dalam 5.000 file dan memiliki total besar data mencapai 5 terabyte, sehingga menjadikan berkas data ini sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah.

Salah satu aspek yang terkuak dari analisa Channel News adalah bagaimana 3,5 juta warga African-American, disingkat 'AA', dari 16 negara bagian Amerika Serikat secara tidak proporsional masuk dalam kategori 'Deterrence' atau Penghalang, satu dari delapan kategori yang ada. Kelompok ini dianggap menjadi penghalang kemenangan Trump dan diharapkan "tidak datang mencoblos" saat hari pemilihan umum. Kelompok ini lantas menjadi sasaran iklan politik tertentu, yang disebarkan melalui algoritma platform Facebook.

Salah satu cara yang dipakai adalah membombardir kelompok ini dengan video bahwa Hillary Clinton, lawan Trump di pilpres AS 2016, pernah menyebut kelompok kaum kulit hitam sebagai "predator pemangsa". Video ini akhirnya ditonton lebih dari seratus juta kali di Facebook.

Hasil pilpres Amerika 2016
Hasil pemilihan presiden Amerika Serikat 2016. (The New York Times)

Channel 4 News menjelaskan bagaimana jumlah warga kulit hitam di kategori 'Deterrence' dalam populasi setempat tidak proporsional. Misalnya, di Georgia, ketika warga kulit hitam hanya mencakup 32 persen dari populasi, namun, 61 persen dari mereka masuk dalam kategori 'Penghalang' ini.

Demikian pula di North Carolina, yang hanya memiliki 22 persen warga kulit hitam dalam populasinya, 46 persen dari kelompok itu masuk dalam kategori yang sama, 'Penghalang'. Di Wisconsin, lagi-lagi, 17 persen warga kulit hitam masuk kategori 'Penghalang', padahal jumlahnya hanya 5,4 persen dari total populasi setempat.

Setelah ditotal, ada 3,5 juta warga kulit hitam Amerika Serikat yang dikategorikan sebagai 'Penghalang'.

Tim kampanye digital Trump tahun 2016 dinamai 'Project Alamo' dan mempekerjakan tim Cambridge Analytica, yang kini sudah tutup pasca investigasi tahun 2018. Namun, dua anggota senior Cambridge Analytica kini bekerja untuk kampanye Trump untuk pilpres Amerika 2020.

Jamal Watkins, wakil presiden dari the National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) yang bergerak pada hak sipil kaum kulit hitam AS, mengatakan teknik kampanye Trump tahun 2016 itu sebagai metode meminimalisasi penggunaan hak suara, atau 'voter suppression', lewat kampanye-kampanye digital. Hal ini mengulang apa yang terjadi di era 1890an, yaitu ketika warga kulit hitam yang baru bebas dari perbudakan diwajibkan membayar pajak atau mengikuti tes membaca jika ingin menggunakan hak suaranya.

Channel 4 News masih belum mengetahui bagaimana data tersebut benar-benar dipakai dalam algoritma iklan Facebook, karena kebijakan perusahaan tersebut untuk merahasiakan informasi semacam itu.

Juru bicara Facebook pada Senin (28/9/2020) mengatakan bahwa pilpres tahun 2016 telah mengubah banyak hal, termasuk Facebook sendiri.

"Apa yang terjadi dengan Cambridge Analytica tak mungkin terjadi hari ini. Kini, kami punya 35.000 orang yang bekerja untuk memastikan integritas dalam platform kami, mengumpulkan seluruh iklan politik, dan telah melindungi 200 lebih pemilihan umum di seluruh dunia," kata dia.

Belum diketahui bagaimana tim kampanye Trump menyikapi penguakan data dari Channel 4 News. Komite Nasional Partai Republik dan Gedung Putih belum menanggapi permintaan komentar yang diajukan oleh Channel 4 News.

Rekomendasi