Panduan Enam Vaksin COVID-19 Terdepan Saat Ini
ERA.id - Vaksin bukanlah produk ilmiah yang bisa dibuat dalam waktu singkat; vaksin baru bahkan seringkali butuh riset selama bertahun-tahun. Namun, dalam pandemi Coronavirus Disease (COVID-19), para peneliti berupaya agar vaksin sudah ditemukan pada tahun depan.
Saat ini para peneliti tengah menguji klinis 58 vaksin COVID-19, sementara itu setidaknya ada 86 vaksin yang berada di fase praklinis atau pengujian pada hewan.
Riset Vaksin COVID-19
Proses riset dimulai pada Januari dengan mendeteksi genom virus SARS-CoV-2. Uji klinis vaksin terhadap manusia dilakukan pertama kali pada bulan Maret, dan saat ini sudah ada 13 produk vaksin yang berada di fase akhir uji vaksin. Tidak semua vaksin akan berhasil. Namun, beberapa vaksin ditengarai akan mampu menunjang sistem kekebalan tubuh manusia dalam menghadapi virus COVID-19.
Perlu diketahui bahwa vaksin-vaksin itu bisa mencegah terjadinya infeksi, namun, mereka tak bisa mengobati infeksi COVID-19.
Fase akhir dari uji klinis vaksin korona, atau biasa disebut fase 3, dilakukan dengan memberikan vaksin ke ribuan orang, lalu para peneliti akan menghitung berapa jumlah relawan tersebut yang terinfeksi virus korona. Dari situ akan diketahui tingkat kemanjuran, atau 'efikasi', dari vaksin yang sedang dikembangkan.
Bagaimana sebuah vaksin disetujui? Hal ini akan diserahkan ke otoritas pengawas obat dan makanan di negara masing-masing. Misal, FDA di Amerika Serikat, mensyaratkan agar kandidat vaksin COVID-19 setidaknya memiliki tingkat efikasi di atas 50 persen.
Meski belum ada satu pun vaksin yang disetujui, ada 6 vaksin COVID-19 yang saat posisinya terdepan karena telah menyelesaikan uji klinis fase 3 atau sudah digunakan secara darurat. Daftarnya adalah sebagai berikut.
Pfizer-BioNTech
Asal pengembang: New York (AS) dan Jerman
Metode vaksin: mRNA
Tingkat efikasi: 95 persen
Dosis: 2 kali
Disetujui di: Inggris (2 Desember)
Suhu simpan: -70 derajat Celsius
Harga: Rp281.600
Pada uji vaksin fase 2/3, Pfizer melibatkan 30.000 relawan di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya, seperti Argentina, Brazil, dan Jerman. Lalu pada 12 September, perusahaan ini mengumumkan menambah 43.000 relawan ke dalam uji vaksin di Amerika Serikat.
Pada akhir tahun 2021, Pfizer-BioNTech diperkirakan bakal memproduksi 1,3 miliar dosis vaksin COVID-19. Amerika Serikat, Jepang, Inggris dan Uni Eropa dikabarkan sudah menyepakati pembelian jutaan vaksin dari perusahaan ini.
Inggris menjadi negara pertama yang memberikan vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech ke warganya.
Sinovac
Asal pengembang: China
Metode vaksin: Virus yang dimatikan (inactivated)
Tingkat efikasi: -
Dosis: 2 kali
Disetujui di: China (Juli)
Suhu simpan: 4 hingga -18 derajat Celsius (suhu kulkas standar)
Harga: Rp200.000
Pada Juni lalu, Sinovac merilis data uji vaksin fase 1/2 di mana 743 relawan menunjukkan kenaikan sistem imun dan tidak menunjukkan efek samping serius. Namun, seperti dipublikasikan lewat sebua jurnal medis, tingkat imunitas yang dihasilkan cenderung tidak terlalu tinggi. Uji klinis fase 3 diharapkan bisa memberi gambaran mengenai tingkat efikasi vaksin ini.
Uji klinis fase 3 dijalankan di Brazil, Indonesia dan Turki.
Vaksin COVID-19 Sinovac telah diberikan pemerintah Kota Jiaxing, China, ke orang-orang yang memiliki pekerjaan beresiko tinggi, seperti tenaga kesehatan, pengawas pelabuhan, dan petugas pelayanan publik.
CEO Sinovac Yin Weidong dikabarkan berencana mengirim vaksin ini ke seluruh dunia di awal 2021. Indonesia sendiri pada Minggu (6/12/2020) menerima 1,2 juta vaksin Sinovac.
AstraZeneca - Universitas Oxford
Asal pengembang: Inggris, Swedia
Metode vaksin: Adenovirus Ad26
Tingkat efikasi: 62-90 persen
Dosis: 2 kali (beberapa model)
Disetujui di: -
Suhu simpan: 4 hingga -18 derajat Celsius (suhu kulkas standar)
Harga: Rp56.320
Pada 23 November AstraZeneca mengumumkan hasil efikasi 90 persen pada uji klinis fase 3, namun, itu tergantung pada dosis yang diberikan ke relawan. Hingga kini, tingkat efikasi vaksin AstraZeneca masih diliputi ketidakpastian.
Vaksin yang dinamai ChAdOx1 pertama kali diujicobakan ke hewan, lalu di fase 2/3 ia diberikan ke para relawan di Inggris dan India. Uji klinis skala besar dilakukan di Brazil, Afrika Selatan dan Amerika Serikat.
Sejak Mei, vaksin AstraZeneca sudah dipesan oleh beberapa negara, dengan kondisi vaksini ini terbukti efektif. Kesepakatan itu terjalin antara lain dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Moderna
Asal pengembang: Amerika Serikat
Metode vaksin: mRNA
Tingkat efikasi: 94,1 persen
Dosis: 2 kali
Disetujui di: -
Suhu simpan: -20 derajat Celsius
Harga: Rp464.640
Moderna telah menggunakan metode RNA pembawa molekul genetik (mRNA) dalam vaksin sejumlah penyakit. Proyek ini digelontor 1 miliar dolar oleh pemerintah Amerika Serikat dan menjadi yang pertama melakukan uji klinis ke manusia pada Maret lalu. Uji klinis fase 3 Moderna melibatkan 30.000 relawan.
Vaksin buatan Moderna telah dipesan oleh Amerika Serikat, Komisi Eropa, Kanada, Jepang, dan Qatar.
Gamaleya Research Institute
Asal pengembang: Rusia
Metode vaksin: Adenovirus Ad5 dan Ad26
Tingkat efikasi: 92-95 persen
Dosis: 2 kali
Disetujui di: Rusia (11 Agustus)
Suhu simpan: 4 hingga -18 derajat Celsius (suhu kulkas standar)
Harga: Rp140.800
Gamaleya Research Institute adalah bagian dari Kementerian Kesehatan Rusia. Para periset menggunakan dua jenis adenovirus untuk menghindari situasi ketika sistem kekebalan tubuh manusia mendeteksi vaksin COVID-19 sebagai benda asing yang harus dihancurkan.
Vaksin yang dinamai Sputnik V ini disetujui oleh pemerintah Rusia justru sebelum menjalani uji klinis fase 3. Pengujian kemudian dilakukan ke 40.000 relawan di Rusia, Belarusia, Uni Emirat Arab, Venezuela, serta belakangan, India.
Pemerintah Rusia telah berupaya membuat kesepakatan pembelian vaksin Sputnik V dengan pemerintahan Argentina, Brazil, India, Meksiko, dan Venezuela.
Sinopharm
Asal pengembang: China
Metode vaksin: Virus yang dimatikan (inactivated)
Tingkat efikasi: -
Dosis: 2 kali
Disetujui di: Uni Emirat Arab (14 September), China
Suhu simpan: -
Harga: Rp422.400
Sebagai perusahaan plat-merah China, Sinopharm saat ini tengah meriset dua vaksin COVID-19. Salah satunya dijalankan oleh Wuhan Institute of Biological Products. Uji klinis 1/2 menunjukkan relawan mengalami sejumlah efek samping seperti demam.
Fase 3 uji klinis dijalankan di Uni Emirat Arab (Juli) dan Maroko serta Peru (Juli).
Pada November lalu, Sinopharm mengabarkan telah memberikan vaksin COVID-19 ini ke hampir satu juta orang, yang terdiri dari pejabat pemerintahan, tenaga kesehatan, dan kelompok lainnya, meski uji klinis tahap akhir mereka hingga kini belum selesai.